11

1.6K 89 13
                                    

Imelda sudah seminggu tinggal dirumah dokter Puspa yang lama. Ia sangat senang karena temannya, Hilda seorang perawat yang baik hati dan menganggap dirinya seorang saudara. Mereka bisa memasak bersama jika jadwal kerja Hilda libur atau mendapatkan shift pagi. Ia suka dengan hubungan ini. Ia juga sekarang mantap mengajar dengan menggunakan sepeda motor sehingga mempermudahkan dirinya untuk beraktivitas kemanapun. Flexible dan efisien. Imelda selalu sibuk dengan urusan mengajar seperti halnya hari ini.

"Baiklah anak-anak.. Dibuku yang kalian pegang itu terdapat kunci G yang biasa disebut Treble. Begini caranya kita membuat kunci G tersebut..." Imelda mempraktekkan cara membuat kunci G dipapan tulis bagi murid sekolah menengah pertama dimana ia mengajar. "Ini perhatikan dimana ibu harus memulai lengkungan pertama ya.. Ingat ini ada lima baris dan empat spasi.. Ayoo.. Biasa disebut apa..?" tanya Imelda pada murid-muridnya ketika selesai membuat kunci G dengan sempurna.

"Garis pranada buuuuuu....!" jawab serempak para murid yang antusias mengikuti pelajaran dari Imelda.

"Pintar semua..." Imelda tersenyum lebar, ia suka para murid-muridnya. Ia menerapkan sistem pembelajaran yang mudah diikuti para muridnya. Ia menyiapkan media yang mampu membuat para murid tidak takut ataupun malas untuk mengikuti setiap detail yang ia berikan. Ia mempunyai keyakinan kalau seorang guru yang mempersiapkan media secara matang akan mempermudah para murid menyerap semua yang diajarkan.

"Baiklah.. Ibu mau melihat apakah ada yang mau menjadi sukarelawan untuk maju dan mengambarkan kunci G di papan tulis...?" tanya Imelda dengan suara lembut tapi tegas.

Sekitar lima belas murid dari total dua puluh lima murid didalam kelas mengangkat tangan kanan mereka untuk menjadi sukarelawan.

"Oke.. Ibu pilih ya.. Bima, Kinanti, dan Deni.. Silahkan maju ke sini..?" perintah Imelda membuat murid yang belum terpilih bergumam dengan suara lumayan keras. "Tidak apa-apa yang tidak maju silahkan gambar sekarang dibuku musik kalian masing-masing. Setelah ini kita akan lanjutkan ke not balok yang harus dipelajari.." ungkap Imelda pada semuanya. Ketiga murid yang sudah ditunjuk maju ke arah papan tulis dan mulai secara bergantian untuk menggambarkan kunci G secara tepat.

Kegiatan belajar dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan jam belajar. Ketiga jam pelajaran usai, Imelda tidak lupa mengingatkan untuk mengerjakan tugas membuat masing-masing not balok di buku musik.

Imelda bergegas ke arah kantor guru, ia akan menyeleksi lagu mana saja yang akan dibawakan pada acara peringatan hari Kartini. Ia mendapatkan tugas langsung dari kepala sekolah. Disamping menyeleksi lagu, ia juga harus mempersiapkan murid-murid yang tergabung dalam paduan suara.

"Hari yang melelahkan bu Imelda..?" suara seorang guru lelaki, pak Aryan, guru olahraga yang baru saja selesai mengajarkan praktek senam mengejar langkah kaki Imelda.

Imelda menoleh dari tersenyum pada guru olahraga tersebut. Pak Aryan terlihat kuat dan tegap pikir Imelda seraya memperhatikan sekilas tubuh lelaki ini.

Aryan terpesona melihat senyum Imelda. Guru olahraga ini sudah cukup lama memperhatikan Imelda yang selalu mengajar dengan bahan pembelajaran dilengan wanita tersebut. Entah biola, gitar atau balok yang ia perhatikan seperti tempat menyimpan not-not balok musik.

"Melelahkan? Saya rasa hari ini padat tapi menyenangkan pak Aryan.. Begitulah yang saya rasakan.." jawab Imelda.

"Hmm.." pak Aryan berdehem masih memperhatikan Imelda. "Apa kamu sudah makan siang bu Imelda..?" tanyanya.

Imelda agak terkejut. Pak Aryan usianya mungkin sekitar 30 tahun, dan menurut informasi yang ia dengar, sang guru olahraga masih single. Ia mengajar disini baru sekitar 6 bulan. Jadi, tidak terlalu mengikuti update perihal beberapa guru yang jarang ia temui karena jam mengajarnya tidak terlalu banyak disekolah ini.

"Hmm.. Belum.." Imelda menjawab dengan sedikit penasaran. Apa sang guru olahraga ini menunjukkan indikasi mendekati dirinya batin Imelda agak waspada. Pikirannya langsung teringat dengan keadaan diri yang tidak bisa memiliki hubungan lantaran ia kemungkinan besar mampu membuat orang yang menyukainya nanti kecewa jika mengetahui kalau dirinya tidak mampu memberikan apa yang semestinya lelaki harapkan.

Pak Aryan tersenyum lebar. "Kalau begitu apakah bisa kita makan dikantin.. Hmm.. Maksudnya.." pak Aryan terlihat salah tingkah.

"No problem, pak Aryan.. Tapi, saya selesaikan dulu urusan buku-buku murid.." sambar Imelda dengan tegas, tidak mau membuat sang guru olahraga merasa malu. Jika mereka bisa menjadi teman kenapa tidak, toh berteman itu tidak menyakitkan pikir Imelda suka dengan pemikiran ini.

"Oke.. Kalau begitu aku mau ke ruang ganti terlebih dahulu karena baru selesai senam.. Kamu tahu kan bu Imel.. Terkadang guru olahraga terlalu berkeringat..?" pipi pak Aryan memerah yang menurut Imelda sangat manis untuk merasa merona.

"Ya.. Silahkan pak Aryan.. " ujar Imelda paham.

Pak Aryan terlihat ingin melanjutkan pembicaraan tapi tidak jadi. Imelda melihat lelaki ini memutar tubuh lalu mengangkat tangan tanda permisi. "Sampai jumpa bu Imelda.. Di kantin..?" pak Aryan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Imelda yang masih berdiri memperhatikan punggung belakang lelaki ini.

"Huhh..." Imelda menarik napas tanpa sebab lalu melanjutkan berjalan ke arah kantor dengan langkah ringan. Masuk ke kantor dan mulai membereskan buku-buku murid diatas mejanya. Sekitar 15 menit kemudian, Imelda berdiri dari posisi duduk dikursi.

"Mau kemana bu Imelda..? Makan siang..?" tanya bu Kiki, guru bahasa Indonesia.

"Ehh.. Iya bu Kiki.. Mau mencari camilan dikantin... Apa bu Kiki mau titip sesuatu...?" tanya Imelda ramah pada guru yang sudah senior ini.

"Hmm.. Ibu sih tidak mau apa-apa.. Hanya saja ibu lihat itu ada pak Aryan yang menuju kemari.. Apa pak Aryan mau mencari sesuatu disini..?" bu Kiki sudah tidak terlalu menghiraukan Imelda lagi karena pak Aryan sudah mengganti pakaiannya yang lebih formal membuat guru olahraga ini sangat sedap dipandang.  Ibu Kiki saja terlihat sumringah. Imelda menahan senyuman.

"Hmm.. Mau.. Itu.. Bu Imelda..?" pak Aryan menatap Imelda dengan pandangan 'ayo cepat pergi dari sini sebelum kita diintrograsi'

"Oww.. Mencari bu Imelda ya.. Baiklah.. " bu Kiki menatap Imelda yang mengangguk lalu berjalan ke arah pak Aryan.

"Kami permisi dulu bu Kiki.. Mau ke kantin..?" pak Aryan terlihat ingin kabur.

"Wah.. Ke kantin ya.. Well, silahkan.. " bu Kiki tersenyum lebar melihat pak Aryan dan Imelda tersipu. Keduanya keluar dari kantor guru tanpa disadari ada sepasang mata tidak setuju melihat Imelda yang jalan dengan guru tampan tersebut.

"Guru baru enam bulan mengajar saja sudah bisa menggaet lelaki yang aku sukai..? Benar-benar keterlaluan kamu Imel.. Aku akan membalasnya nanti.." gumam seorang wanita yang duduk tidak jauh dari meja tempat biasa Imelda bekerja.

****

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang