48

1.3K 72 8
                                    

Fikri melaju kencang ke arah rumah Temi. Ia mau menemui sepupunya ini. Upayanya untuk mendapatkan Imelda sudah tidak mau ia tunda lagi.

"Tio akan merasakan akibatnya, lelaki miskin tidak punya apa-apa dan sebanding denganku ini tidak akan membuat Imelda bahagia.." rutuk Fikri diperjalanan. Fikri memang terobsesi dengan Imelda, ia terlahir dari keluarga berada tapi kurang perhatian dari kedua orang tuanya. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Sedangkan, ia diasuh dan bermain sendirian sedari kecil. Cuma terkadang Temi diantarkan ke rumahnya sehingga ia ada teman bermain. Ketika beranjak dewasa, ia tumbuh dengan sikap menyendiri dan sinis terhadap orang yang tidak memperhatikan dirinya. Namun, ketika ia melihat Imelda menyebrang dari toko serba ada di Tasikmalaya, ia seketika ingin memiliki wanita tersebut. Maka, ia mulai mencari tahu perihal Imelda dan sampai ia merencanakan 'kecelakaan' yang melibatkannya, ayah Imelda dan Imelda. Sayangnya, ayah Imelda tidak bisa bertahan lantaran kecelakaan tersebut mengenai tubuh rentanya. Ia sih awalnya merasa sedih, tapi rencana harus tetap dijalankan.

Dengan cepat Fikri sampai dirumah Temi. Ia menekan bel dipintu depan rumah besar tersebut. Pintu terbuka, sosok lelaki berusia sekitar 50 tahunan membuka pintu.

"Fikri...? Apa kabar..?" ujar lelaki paruh baya ini.

"Ehh.. Om.. Mau menemui Temi.. Sudah janji.." balas Fikri pada lelaki yang dipanggil om ini.

Pak Irwansyah, ayahnya Temi menganggukkan kepalanya pada sang keponakan yang terlihat agak tertekan ini. "Temi ada diperpustakaan.. Kamu langsung saja ke sana.."

"Iya.. " jawab Fikri cepat. Lelaki ini langsung menuju perpustakaan.

Pak Irwansyah mengernyitkan dahinya melihat Fikri bergegas mencari anak semata wayangnya itu. Lelaki ini lalu menghela napas saja. Keponakan lelakinya ini tidak tealu dekat dengan dirinya. Ia sih tidak masalah dengan hal tersebut. Berjalan pelan, pak Irwansyah mengambil koran yang ada dimeja teras dan membawanya ke taman samping untuk dibaca.

****

"Akang tidak serius kan dengan rencana ini..? Ini bisa membuat kita masuk penjara.. Aku sih tidam masalah kalau Imelda kehilangan suaminya. Tapi, kalau ketahuan.. Habislah kita..!" suara Temi jadi meninggi karena permintaan tidak masuk akal dari Fikri ini.

"Tem.. Kamu berkata sedari awal tidak suka dengan Imelda.. Setidaknya, kamu bisa membalas dendam pada dia.. Aku memang sangat terobsesi dengan wanita ini. Namun, Imelda sudah kelewatan. Dia tidak tahu balas budi..!" balas Fikri juga setengah berteriak.

Jendela perpustakaan yang terbuka tanpa mereka sadari membuat suara kedua orang ini terbawa angin sampai keluar. Pak Irwansyah terkejut mendengar keduanya berbicara keras seperti itu dan membawa-bawa kata penjara.

"Ada apa sebenarnya..?" tanya pak Irwansyah pada dirinya sendiri. Ia mendengarkan lagi percakapan Fikri dan anak perempuannya tanpa maksud menguping karena suara mereka cukup jelas untuk ia dengar.

"Tidak kang.. Kalau sudah soal menghilangkan nyawa orang, aku tidak berani.." ucap Temi dengan mata melotot ngeri melihat wajah Fikri yabg langsung berubah merah karena penolakannya.

"Kamu tidak mau membantuku..!" desis Fikri marah. "Aku sudah membantu kamu untuk mendekati guru olahraga itu. Dan, sekarang pak Aryan sudah mulai memperhatikan kamu kan berkat drama kecelakaan yang terjadi waktu itu..?!" napas Fikri tersenggal karena emosi. "Aku yang membantu kamu dalam bersandiwara. Kalau kamu tidak mau membantuku dengan urusan 'Tio Suwandi' ini. Aku akan mengembuskan gosip kalau kecelakaan sewaktu mau study tour itu disengaja oleh anak yang punya Yayasan Sekolah..?" ancam Fikri dengan emosi.

Temi terdiam dan wajahnya memucat. Ia tidak menyangka sepupunya menjadi seperti ini. Ia tidak tahu apa kelebihan dari guru musik itu dimata Fikri. Yang ia tahu, Imelda ini wajahnya saja tidak cantik dan tidak kaya seperti dirinya.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang