52

1.7K 92 21
                                    

Dokter Benny dan Gita yang baru saja tiba diteras rumah Tio mendengar suara ribut dari dalam rumah. Mereka mengetuk pintu sembari berseru, "Teacher Imel..?!"

"Kang tidak ada yang menjawab.. Buka saja handle pintunya, mungkin tidak terkunci..?" ucap Gita dengan nada khawatir.

Dokter Benny mengangguk, lelaki ini memutar handle pintu dan benar saja pintu tidak terkunci. Suara ribut masih terdengar, malah semakin menjadi. Benny dan Gita berlari menuju asal suara yang terdengar dari ruang keluar. Ketika sampai diruang keluarga, kedua orang ini terkejut.

"Ada apa ini sebenarnya..? Teacher Imel..?!" seru Gita pada Imelda yang terbaring disofa panjang sembari memegangi perutnya.

Imelda meringgis kesakitan dengan wajah pucat menatap Gita, "Telepon akang Tio.. Tolong..? Bayiku.. Tolong bayiku.. Dia...?" Imelda menunjuk ke arah Fani dengan telunjuk "Fani memberikan saya minum.. Katanya.. Ada racun.. To..loongg.." setelah berkata seperti itu Imelda melemas dan terlihat pingsan.

"Tidak.. Tidak.. Kang.. Tolong Imelda..!" ucap Gita kalut bercampur bingung dengan informasi yang baru saja Imelda sampaikan ini.

Dokter Benny yang melihat keadaan ini langsung sigap. Ia tidak melihat orang lain selain babysitter Intan didekat istrinya Tio. Fani terlihat memucat dan terduduk disofa, lalu menangis sesegukan. Lelaki ini tidak terlalu memperdulikan Fani karena ada keadaan yang lebih darurat dihadapannya.

"Bantu aku mengangkat Imelda.. Kita harus mengeluarkan apa yang sudah diminumnya jika memang Imelda mengatakan racun.. Cepat Git..!" perintah dokter Benny pada istrinya.

Gita setengah kalut kepikiran dengan Intan. "Dimana Intan kang..?". Benny berderap ke arah Fani, mencengkram lengan sang babysitter.

"Dimana Intan..?!!" desak Benny sedikit kasar karena geram dengan wanita yang dipercayakan keluarga ini untuj menjaga Intan.

Fani tersentak karena tarikan tangan Benny. "Maafkan aku pak.. Intan.. Intan.. Tadi sudah dibawa akang Fikri.." wanita ini menggigil ketika mata Benny berkerip marah.

"Apa..?!! Bagaimana bisa kamu...!" Benny hampir saja mendorong Fani ke lantai karena ucapan Fani perihal Intan. Otaknya berpikir cepat walaupun darahnya menggelegak karena marah.

Gita yang mengangkat kepala Imelda mematung sejenak karena ucapan Fani ini. "Kang.. Nanti kita urus Intan.. Prioritas kita Imelda dan bayinya. Saya akan telepon akang Giri, akang Haris beserta yang lain.. Cepat kang.. Ambil perlengkapan dokter akang dimobil.. !" kali ini Gita yang terlihat marah.

Benny berlari ke arah mobilnya. Gita menatap penuh kebencian pada Fani. "Fan.. Jika kamu masih mempunyai hati nurani, buatkan susu putih untuk menetralkan apa yang telah kamu masukkan kedalam air yang sudah sempat terminum oleh Imelda...!" ucapan Gita ini setengah memohon karena apapun yang dilakukan Fani pasti ada sebabnya.

Fani tersentak. Ia menatap wajah Imelda yang memucat. Lalu, berdiri dari posisi duduk disofa. Berlari ke arah dapur untuk membuat susu putih.

Gita mengambil handphonenya dan mulai menelpon Haris. Ia duluan menelpon lelaki ini karena Haris bisa langsung menuju ke sini dibanding Giri.

"Halo.. Kang Haris.. Iya.. Ini Gita.. Maaf, ada situasi gawat. Mohon bantuannya.. Intan dibawa Fikri, Imelda pingsan karena sesuatu yang diminum pemberian dari Fani... Saya akan telepon Tri untuk mencari dokter Silvi.. Iya tolong kang.. Belum, akang Tio tidak ada dirumah.." Gita sibuk menelpon sembari mengusap lengan Imelda.

Benny terlihat bergegas mendekati sofa, memasang stetoskop dan mulai memeriksa Imelda.

Fani datang dengan membawa gelas bening berisi susu putih.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang