"Apa yang terjadi disini Imel..?!" desis Tio dengan hati kesal dan panas karena Fikri ada dirumah mertuanya. Lelaki ini berusaha untuk tidak memukul wajah Fikri ketika lelaki itu memegang tangan istrinya tadi. "Kenapa Fikri sampai harus menginap disini..?"
"Saya.. Temi dirumah sakit kang.. Rumah ibu ini dekat dengan rumah sakit. Dan, akang Fikri sudah banyak membantu ibu saya sedari dulu.. Menurut saya sih ibu juga tidak enak untuk 'mengusir' akang Fikri karena lelaki itu kelihatannya lelah.." balas Imelda dengan suara rendah takut suara mereka terdengar.
Intan yang berbaring dikasur dekat orang tuanya ini terlihat mengantuk karena mata sang bocah sudah berulang-ulang mengerjap menahan kantuknya. Imelda mengusap-usap rambut didahi Intan membuat Intan tenang.
Tio menarik napas lelah. Ia harus menghentikan kegiatan seminarnya karena mendengar kecelakaan yang terjadi pada bus sekolah dimana ada keluarganya ini ikut kena dampaknya walaupun tidak sampai membahayakan nyawa mereka.
"Aku juga lelah Imel.. Bukan si Fikri itu saja.." rutuk Tio dengan wajah cemberut karena istrinya seolah hanya memperhatikan Fikri saja.
Imelda menghela napasnya. Ia menunduk dan mencium dahi Intan ketika anak ini sudah tertidur. Kemudian, beringsut mendekati Tio dan mengusap kedua bahu tegang suaminya ini.
"Hmm.. Maafkan saya kang.. Keadaan ini tidak bisa kita prediksi sebelumnya kan..?" Imelda meremas bahu sang suami untuk meredakan rasa tegang atau kesal lelaki ini.
Tio menarik napas panjang, menghembuskannya sembari bergumam tentang lelaki tidak tahu diri yang merujuk pada Fikri.
"Sudahlah kang.. Sini.. Buka baju akang, saya pijatin..?" usul Imelda sembari tersenyum manis.
Mata Tio langsung bersinar panas ketika mendegar kata pijat. Otaknya segera saja melenceng ke arah pijat yang lain. "Aku minta pijat plus-plus.." ujar Tio pada Imelda.
Wajah Imelda sontak memerah karena ucapan tersebut. Tio tertawa, Intan tersentak karena suara tawa tersebut.
"Stttss.. " telunjuk Imelda menempel dibibir Tio.
Mulut Tio membuka, lidahnya menjulur menjilati telunjuk Imelda.
"Akang...?" desah Imelda.
"Hmmm.. Pokoknya aku minta plus-plus.." gumam Tio sembari menarik pinggang istrinya supaya duduk diatas pangkuannya.
"Tapi nanti Intan bangun..?" ucap Imelda dengan suara lirih.
Tio menarik gaun tidur Imelda dengan cepat. Imelda merentangkan kedua tangannya ke atas supaya gaun tersebut dapat dengan mudah dilepaskan.
"Hmm... Aku sangat ahli untuk urusan seperti ini Imel.. Intan tidak akan terbangun. Kita bisa mempraktekkan style yang lain dikamar sempit kamu ini..." Tio membisikkan sesuatu ditelinga Imelda membuat wanita ini mendesah. "Nah kan.. baru mendengarnya saja kamu sudah mendesah.." ucap Tio dengan suara senang.
Gaun Imelda sudah lenyap, wanita ini menarik baju kaos sang suami sementara Tio sibuk dengan urusan menciumi lehernya. Kedua orang ini saling berbagi kasih didalam kamar sempit dimana Imelda menghabiskan masa remaja disini. Sedangkan, Fikri gondok karena Tio datang tiba-tiba, membuyarkan semua rencana yang akan ia lakukan. Ia tidak rela Imelda masih bersama Tio. Wanita itu seharusnya ia nikahi. Ia sengaja datang ke rumah ini agar bisa mendapatkan perhatian dari Imelda. Tapi, tidak dengan adanya Tio. Fikri berbaring nyalang sembari berpikir ulang mengenai strateginya.
"Huhh.. Temi sih tidak bisa memerankan karakternya dengan baik.. " gumam Tio semakin kesal karena sepupunya ini memberitahukan kalau Imelda izin pergi ke Tasikmalaya dihari Sabtu berbarengan dengan para anak-anak yang melakukan stady tour. Dan, kecelakaan mobil itu sengaja diatur oleh Temi sehingga ia bisa mengikuti Imelda dan Temi mendapatkan perhatian dari Aryan, guru olahraga yang ditaksir sepupunya ini. Fikri bangkit dari kasurnya, ia tidur dikamar tidur tamu yang mungkin dulunya dipakai oleh saudara perempuan Imelda. Dengan perlahan, Fikri berjalan ke arah kamar mandi yang terletak didekat dapur. Rumah sederhana ini memang hanya mempunyai satu kamar mandi. Melewati kamar tidur Imelda, Fikri mendengar suara yang ditangkapnya sebagai erangan orang bercinta. Tubuh Fikri mematung didepan pintu kamar. Lalu, tubuhnya bergetar karena suara itu berasal dari suara Imelda. Pikiran tentang Imelda yang terpuaskan berkelabat didalam otaknya membuat Fikri merasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomantikTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...