38

1.4K 76 11
                                    

"Kang..?"

"Yah..?"

"Saya mau membicarakan sesuatu.." Imelda mengulurkan tangannya untuk menarik lengan sang suami.

"Hmm.. Nanti saja.. Aku sedang sibuk.." gumam Tio dengan mulut yang sibuk menyusuri kulit lembut dileher istrinya itu.

Mereka dalam waktu dua Minggu layaknya sepasang insan yang tentu saja bikin orang lain iri untuk urusan percintaan. Tio yang tidak bisa menahan dirinya jika melihat Imelda berbaring bawaannya ingin mencintai wanita ini sampai Imelda kewalahan. Ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Bahkan, dengan mendiang istrinya dulu. Ia dengan Ira kemungkinan besar dipenuhi hasrat hanya untuk bercinta dan juga pembalasan karena dulu kisahnya agak rumit. Namun, ketika ia menikah dengan Imelda, hatinya seketika melumer kalau berdekatan dengan wanita ini. Ia tidak hanya ingin bercinta tapi juga mengasihi, menjaga dan membahagiakan Imelda.

Imelda mengeliat karena lidah Tio tentu saja menempel dititik sensitif dimana lelaki itu tahu dengan pasti kalau ia hilang konsentrasi. "Kang.. Tunggu..?!" Imelda menarik leher Tio karena suaminya ini mau menggigit salah satu dari sikembar.

Tio mendonggak, matanya bersinar tajam dan panas. Imelda menelan air ludahnya. Ia harus mengatakannya sekarang.

"Ada apa..?" tanya Tio sembari menopangkan sikunya disisi lengan Imelda. "Kamu tidak suka digigit ya..?" mulut Tio menahan senyum. "Kemarin-kemarin kamu merenggek..?" lanjut Tio membuat pipi Imelda merona.

"Bukan.. Bukan seperti itu kang.. Saya.. Hmm.. Ingin membicarakan sesuatu.." balas Imelda cepat.

Dahi Tio mengernyit. "Baiklah.. Apa yang ingin kamu katakan..? Kamu mau usul gaya yang akan aku pakai.. Atau kamu mau kita pelan-pelan..?"

Ucapan Tio ini membuat Imelda mengerang. Ia tidak bisa mengalahkan Tio untuk urusan diatas ranjang. Suaminya ini sangat berpengalaman disini. Novel yang ia baca pasti kalah kalau suaminya sudah praktek. Ia mencoba menarik selimut tapi tidak bisa karena tatapan Tio tidak mengizinkan dirinya untuk menutupi tubuhnya yang terpapar ini.

"Katakan saja Imel.. Aku akan mendengarkannya.." ucap Tio seraya mengusapkan telunjuknya pada ujung  salah satu si kembar. Imelda tersentak.

"Saya takut.." ucap Imelda pelan tapi terdengar jelas ditelinga Tio. Lelaki ini langsung menghentikan kegiatannya, mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Imelda.

Imelda menarik selimut dengan cepat menutupi tubuhnya.

"Kamu takut pada apa..? Apa ada yang menggangu kamu? Siapa? Katakan Imel..?!" Tio menarik kedua lengan Imelda sehingga mereka berdua duduk berhadapan.

"Bukan itu kang.." Imelda jadi gugup. Ia menarik-narik selimut. Tio menghentikan tangan Imelda yang menarik selimut.

"Kalau bukan perihal gangguan dari seseorang jadi apa..?" Tio menempelkan telapak tangannya dipipi Imelda. Ia mengagumi wanita mandiri didepannya ini. Imelda minta izin untuk tetap mengajar disekolah, ia tidak masalah untuk hal ini asal mengajarnya dibatasi sampai siang saja. Siang sampai sore waktunya untuk Intan. Sedangkan, malam sampai pagi Imelda adalah miliknya seutuhnya.

"Oke.. Aku menyimak.." Tio membantu istri untuk menutup tubuhnya dengan selimut walaupun itu tidak perlu untuk dilakukan. Mereka sudah suami istri, wajar saja kalau ia terlihat tanpa busana didalam kamar mereka.

Imelda menatap wajah Tio dengan waspada. Jika ia tidak mengatakannya sekarang, maka ia tidak akan mempunyai keberanian lagi dikemudian hari. "Saya minta maaf kang.."

Tio mengernyit tidak paham.

"Saya minta maaf karena saya tidak bisa mengandung.." Nah, sudah ia katakan. Imelda menatap suaminya yang terdiam. "Kang..?" panggilnya.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang