Fikri mengawasi Aryan yang berbicara dengan Imelda. Ia tidak terlalu yakin kenapa Temi sampai merencanakan hal seperti ini. Ia mengarahkan video kepada dua orang itu yang masih berbicara. Lalu, Temi datang dari arah samping ruangan seperti yang mereka rencanakan. Dengan terlihat tidak sengaja, Temi membuang cairan dilantai keramik dekat arah tangga. Kemudian, Temi bergegas mengindari lantai yang licin.
Fikri yang sengaja datang ke sekolahan ini tentu saja tidak terlihat oleh Imelda dan Aryan. Ia berada di ruangan Temi yang kebetulan sekali dekat dengan kedua orang tersebut. Hanya terpisah kaca transparan tapi ditutupi gorden.
"Hmm.. Iya pak Aryan. Study tour ini akan diikuti guru-guru yang mengajar kelas terakhir.. " ujar Imelda menjawab pertanyaan Aryan tentang study tour.
"Hmm.. Ibu tidak ikut..?" pak Aryan terlihat terkejut sendiri karena mengajukan pertanyaan ini.
"Ehh.. Saya kan mengajar kelas pertama.. Sangat jarang saya mengajar kelas akhir. Hanya jika mengantikan guru yang cuti atau tidak masuk saja.." balas Imelda santai. Ia juga tidak mungkin ikut acara ini karena baru saja masuk kerja. Dan, ia yakin Tio tidak akan mengizinkannya untuk pergi.
"Ohh.. Sayang sekali karena acara 5 hari ini pasti menyenangkan.." ucap Aryan dengan nada sedikit kesal lantaran tidak bisa melihat bu Imelda nanti. Ia tidak tahu kenapa sikapnya seperti ini. Ia tahu kalau wanita didepannya ini sudah menikah. Dan, seharusnya ia tidak boleh untuk menaruh perasaan lagi pada Imelda. Namun, perasaannya ini tidak bisa hilang.
Imelda tersenyum minta maaf. Ia sendiri merasa agak risih karena pak Aryan terlihat sedikit agresif. "Ee.. Pak Aryan..?"
"Ya..?" Aryan menatap wajah bu Imelda tidak pernah bosan-bosan.
"Saya harus ke kantor sekarang.. Ada kelas lagi nanti, jadi mau prepare bahan pembelajaraan.." jelas Imelda pada Aryan.
"Ehh.. Iya bu.. Ayoo.. Aku temani ke kantor..?" pak Aryan merentangkan tangannya ke arah tangan turun.
Imelda mengangguk setuju.
Didalam kantor Temi, Fikri sudah merasa kesal karena menunggu lama. Ketika kedua orang ini ke arah tangga. Ia segera keluar dan mengikuti keduanya. Tepat ketika Imelda berjalan turun dari tangga. Moment yang ditunggu terjadi juga. Imelda langsung hampir terjengkang ke belakang.
"Aaaaaahhhh...!!" teriak Imelda terkejut.
"Bu Imellll...?" tangan kuat sang guru olahraga terentang dan refleks menangkap Imelda.
Kamera yang aktif ditangan Fikri merekam itu semuanya. Pas sekali! Batin Fikri senang. Video ini pasti membuat rumah tangga Imelda dan Tio terguncang oleh rasa kepercayaan. Fikri terus merekam keduanya. Ia beruntung karena tidak ada guru dan murid yang lalu lalang disekitaran koridor ini.
"Bu Imel.. Ibu tidak apa-apa..? Apa ada yang terluka..?" Aryan mengusap lengan Imelda tanpa sadar menenangkan wanita itu yang sekarang dalam pelukannya.
Imelda yang shock tidak menyadari usapan atau berada dalam pelukan Aryan. Ia hanya mengangguk. Menenangkan dirinya, ia lalu tersentak karena tubuhnya menempel pada seseorang. "Eh.. Maafkan saya.. Saya...?" Imelda menjauh dari Aryan. Ia berpegangan disulur tangga biar tidak bersandar pada Aryan. "Terima kasih.." ucap Imelda gugup.
"Tidak usah berterima kasih bu Imel.. Aku hanya membantu sedikit saja.." balas Aryan dengan nada tenang.
"Hmm.. Iya.." Imelda turun dengan berpegangan disulur tangga. Ia tidak mau sampai tergelincir lagi. Ia meraba perutnya tanpa sadar seolah melindungi sesuatu didalamnya.
Kedua orang ini turun ke arah kantor guru. Fikri tersenyum licik. Ia sangat senang. Ide sepupunya ini benar-benar top. Ia lalu kembali masuk ke kantor Temi. Melihat hasil karyanya untuk dikirimkan pada Temi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...