19

1.3K 75 0
                                    

"Twinkle.. Twinkle.. Little star.."
"How wonder what you are.."

Imelda menyanyi sembari berdansa dengan Intan ditaman samping yang rindang. Berulang-ulang membuat Intan tertawa senang. Balita berusia belum sampai 2 tahun itu berkata, "Agi.. Agi.." yang menyatakan minta diulang. Tentu saja Imelda mengulanginya dengan senang. Berganti dari lagu twinkle-twinkle little star ke lagu Balonku ada lima. Sembari mengeluarkan suara 'Dor' membuat Intan terkikik karena suara Imelda sengaja dibuat lucu.

"Dorrrr...?" ujar Imelda sembari membenamkan wajahnya dileher Intan. Mereka berdua tertawa berbarengan, Imelda berputar senang masih menggendong Intan. Lalu, tubuh sang guru musik membentur pohon keras. Imelda mengaduh. Rupanya bukan pohon yang ia tabrak tapi tubuh keras ayah dari anak yang ia gendong.

"Aduh...?!" tangan Imelda memegang erat tubuh Intan. Anehnya Intan malah tertawa senang.

"Agi.. Agi.. Ayah..?! Agi.. Agi..!" oceh balita ini karena melihat ayahnya yang berada didekat mereka.

Kaki Imelda jadi goyah dan mau terjatuh. Sepasang tangan kuat menangkap pinggang lembut Imelda.

Imelda melotot, mulutnya membuka ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada kata yang keluar. Tio mengamati Imelda dengan sepasang mata tajam seperti biasanya. Telapak tangannya yang besar meremas lembut pinggang Imelda tanpa sadar membuat wanita itu terkesiap.

"Ayah..?" suara Intan mengejutkan keduanya. Tangan sang balita terangkat ingin ikut ayahnya.

Tio melepaskan tangan kanannya dipinggang Imelda untuk mengambil Intan yang melemparkan tubuh ke arah Tio.

"Agi.. Agi..?" seru Intan mengajak ayahnya seperti yang dilakukan Imelda tadi.

Imelda berusaha melepaskan dirinya dari pegangan Tio. Namun, tangan Tio tidak melepaskan pegangannya. Intan yang mengamati keduanya tertawa senang seolah akan diajak bermain.

"Tea... Chel..? Ayah..?" panggil Intan dengan suara merajuk.

"Baiklah.." Tio meminta Imelda untuk menuruti kemauan anaknya.

Imelda mendengus keki karena Tio memanfaatkan keadaan Intan. Sepasang mata Intannya menatap seperti anak kucing meminta makan.

"Oke.." desah Imelda dengan suara kesal pada Tio. Ia lalu mulai bernyanyi kembali lagu anak-anak. Tio mengoyangkan tubuh anaknya dengan lembut sembari juga mengajak Imelda untuk bergerak. Dibawah kerindangan pohon ditaman samping, dua manusia dewasa ini bergoyang menyenangkan hati balita yang berada digendongan sang ayah.

Beberapa pasang mata menatap mereka dari kaca jendela atas rumah dengan bertepuk tangan karena merasa senang dengan hal itu.

"Sebentar lagi misi terlaksana.. Lihatlah kedua orang itu. Apa tidak merasa ada api yang membara mengelilingi mereka." ujar wanita langsing bermata coklat lumer mengepalkan tangan mungilnya dengan semangat

"Haaahhh..." desah seorang wanita berwajah tirus dan postur tinggi dengan bahagia. "Saya harap takdir mereka berdua terikat.. " lanjut wanita ini sembari mengusap lembut kepala anaknya yang berada dalam dekapan.

"Iya teteh.. Mereka berdua memang butuh dorongan sedikit.." wanita yang wajahnya tidak terlihat lagi guratan bekas cairan keras ini tersenyum manis. Kehidupan yang sudah dialaminya dengan kuat selama ini sangat patut diacungi dua jempol tangan.

"Iya.. Kita dorong lagi, bila perlu sampai terjerumus dalam nada cinta.." satu lagi wanita yang pernah menjadi babysitter dirumah Kusuma ini menyeringai jahil.

"Ahh.. Itu bisa diatur.. Oke.. Siapkan bahan-bahan cinta untuk mereka berdua ini. Saya sangat mahir untuk resepnya karena suamiku sungguh pintar jika berhubungan dengan resep-resep cinta.." ucap wanita yang mempunyai suami berprofesi chef ini.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang