Tio terlihat kesal. Lelaki ini juga terlihat banyak pikiran. Via, staff laundry ditempat Tio bekerja mengamati bosnya yang tampan sekaligus dingin itu. Ia rasa lelaki beranak satu ini sangat seksi. Via mencoba menarik perhatian sang bos dari awal bergabung di laundry milik Tio ini. Tio bos yang tidak banyak bicara, tapi sangat memperhatikan semua yang ada disini. Tidak ada yang terkewatkan untuk urusan pekerjaan. Itulah yang membuat laundry milik Tio bergerak semakin maju.
"Kang.. Ini yang hotel Neo linennya sudah siap.." ujar Via lembut pada sang bos.
Tio tersentak dari pikirannya yang tidak seharusnya ia pikirkan. Wanita cerewet yang menyanyi bersama geng Rempong itu mengendong anaknya membuat Intan seperti melihat sosok malaikat pada diri wanita itu. Anaknya jadi bertanya-tanya terus kapan bisa bertemu lagi dengan teacher Imelda? Tio mendengus karena kata-kata teacher terlepas dari mulut anaknya yang berusia sekitar 1,5 tahun itu. Siapa yang mengajari anaknya memakai bahasa Inggris? pikirnya seraya mendekati Via yang sibuk menghitung linen hotel Neo.
"Kang.. Ini semuanya.. Sudah ready.." ucap Via ketika Tio sudah berada disampingnya.
"Apa sudah sesuai dengan permintaan hotel Neo untuk parfum yang digunakan..?"
"Sudah kang.. Fresh dan wangi tidak berlebihan.."
"Baiklah.. Aku akan mengantarkan linen ini ke sana bersama Ian.." Tio mencari sosok Ian yang ia pilih sebagai leader untuk usaha laundry miliknya ini.
"Ian...?!!" panggil Tio pada Ian yang sedang mengangkat handuk bersih dari mesin tumbler besar.
Ian yang terlihat tegap dan sehat serta cerdas itu mengangkat handuk bersih untuk segera dipindahkan ke keranjang besar.
"Iya kang.. Sebentar ya.." jawab Ian. Setelah selesai, Ian bergerak ke arah Via dan Tio. Lelaki ini melirik ke arah Via, mengagumi sosok wanita yang lembut pada diri Via. Ian menghela napas tanpa disadari.
"Kita akan ke hotel Neo, mengantar linen ini. Dalam 10 menit lagi, aku rasa anak-anak bisa ditinggalkan tanpa adanya ledakan atau baju bolong lantaran setrika kepanasan?" ucap Tio setengah bercanda pada Ian yang selalu khawatir anak buahnya melakukan kesalahan.
Via menahan senyuman karena ucapan Tio itu. Ian menoleh ke arah crew yang sibuk mengeroll linen ataupun mencuci handuk dimesin cuci dan yang lain sibuk mengurus pakaian pelanggan.
"Ehh.. Aku rasa begitu kang.. Semoga saja tidak ada baju pelanggan yang bolong.." balas Ian agak khawatir.
Tio menepuk punggung belakang Ian dengan akrab. "Sudahlah.. Tidak usah khawatir. Sebentar saja kita ke hotel Neo.. Yang paling lama satu jam.. Serahkan semua urusan pada Via. Ia sudah bisa menghandel semuanya kan..?"
Ian menatap Via yang bersemu merah karena pujian dari Tio ini. Ia tahu kalau Via ada rasa pada sang bos yang terlihat sangat dingin ini.
"Baiklah.. Satu jam saja.. " Ian menganggukkan kepalanya.
"Satu jam saja kang.. Seperti lagu deh..?" sambar Via seraya tersenyum lebar lalu bergumam nyanyi lembut sembari berjalan ke arah para crew yang sibuk bekerja.
Satu jam saja bercumbu denganmu
Satu jam saja ku dimanjakanmu
Satu jam saja ku bercumbu rayu
Satu jam saja bercinta denganmuTio tersentak karena nyanyian Via itu. Ia melototi punggung wanita tersebut .
"Ada apa kang..?" tanya Ian agak heran karena sikap Tio ini.
"Hmm.. Tidak.. Aku hanya tidak suka mendengar lagu.." balas Tio cepat.
Ian mengernyit menatap bosnya itu. Wajar saja bosnya ini bermuka masam karena tidak suka dengan lagu yang terkadang bisa membuat orang relaks dan bahagia. Ian menggelengkan kepalanya saja, biarkan bosnya dengan pikirannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...