"Husein, maapin Dhini ya," Ucap Bunga membuat Raffi serta semua orang yang ada disana terkejut.
Tatapan Raffi melembut, menatap iris cokelat teduh milik Bunga, ia mengangguk lalu tersenyum.
"Woyy, bubar-bubar lo pada!!" Ucap Anggito yang tiba-tiba melompat di tengah kerumunan itu, semua siswa 11 IPS dan 11 IPS 2 langusng menyorakinya.
"Huuuuuuuu!" Sorak semuanya secara bersamaan. "Apa lo gendut, nguping aja masalah orang." Balas Anggito pada salah satu siswa bertubuh gempal yang menyorakinya.
***
Rahang Nissa mengeras, ia benar-benar masih kesal prihal Raffi yang baru saja membuat onar di depan kelas. "Belagu banget tuh anak baru, mentang-mentang ganteng dikit udah berani gitu." Ucap Selvina, ia sama merasa sama kesalnya seperti Nissa.
"Belum ku seleding aja tuh pala bapaknya." Balas Nissa, Riri terkikik geli.
"Bapaknya ada salah apa coba, mau lo seleding kepalanya?" Tanya Riri, sambil terkekeh.
Nissa menengok ke belakang, tepat di bangku paling pojok, terlihat Husein, Rendy, Anggito dan Raffi, sedang bermain gitar. Matanya terlihat awas menatap ekspresi Raffi dan Husein, wajah mereka nampak santai tidak ada rasa bersalah sedikit pun setelah baru saja mempermalukan Dhini di depan seluruh anak-anak 11 IPS 1 dan 11 IPS 2. Meski notabene-nya Nissa tidak terlalu suka pada Dhini yang suka bersikap belagu dan semena-mena, tapi ia tetap saja tidak suka jika ada seseorang lelaki yang memperlakukan perempuan seperti itu.
Nissa kesal, "arghhh, pengen jambak rambutnya." Ucapnya frustasi dalam hati.
***
Saat jam pelajaran terakhir telah selesai. Bunga nampak mungut-mungut kesal. Ya itu karena ini adalah hari selasa dan berarti ini adalah jadwalnya untuk piket kelas, sedangkan sekarang ia sudah sangat lapar dan ingin kembali pulang.
Hari ini cukup panas, rasanya Bunga ingin cepat-cepat pulang untuk segara mandi. Setelah menyapu untuk menjalankan tugas piketnya, lagi-lagi mata cokelat tua milik Bunga bertatapan dengan mata hitam jelaga milik Raffi. Masih dengan tatapan tajam Raffi terus menatap Bunga.
Lagi-lagi Bunga mengerutkan alisnya. "Lo kenapa sih ngeliatin gue gitu?" Merasa benar-benar risih Bunga akhirnya melakukan protes kepada Raffi.
Tapi bukannya malah berhenti menatap atau sekedar menjawab, Raffi terus melihat Bunga dengan intens dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Udah atau belum sih, Bung. Lu lama amat." Keluh Nissa. Bunga lalu menaruh sapunya, dan segara menutup pintu kelas.
"Ya, udah. Yuk kita pulang." Ajak Bunga. "Oke, kuy kuy." Balas Riska semangat.
"Eh tunggu." Cegat Raffi.
Nissa mendelik, "Apa tunggu-tunggu! Mau lu gue smek don!" Membuncahlah sudah kekesalan Nissa, yang membuat Raffi diam membisu.
***
Raffi terkejut, baru kali ini ia menemui orang yang berani berkata begitu padanya. Apalagi ini perempuan? Ia sungguh tidak percaya.
"Udah lah, Niss. Yuk pulang aja." Ucap Riska, gadis berambut coklat sebahu itu nampak menatap Raffi tanpa minat.
"Awas lu macam-macam, ilang pala lu Nissa buat." Ancam Selvina sambil menunjuk Raffi menggunakan jari telunjuk kanannya. Sedangkan Raffi masih terlihat mengatupkan mulutnya, tak percaya.
Setelah punggung empat gadis itu hilang dari pandangan, Raffi menggelengkan kepalanya sambil mengelus dadanya. Masih setengah tidak percaya. Pesona Raffi Nugraha ditolak? Oleh perempuan bahkan standar cantiknya biasa saja? Impossible!
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressive Love [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Belum Direvisi] Raffi Nugraha seorang anak baru di SMA Jaya Bhakti, terkenal sebagai playboy ganteng kelas kakap dan berandalan yang sering pindah-pindah sekolah. Cowok itu sempurna bagi semua orang, tapi tidak bagi Bunga. Bagi Bunga cowok itu hany...