3

67.6K 1.7K 19
                                    

"Jadi lu kesana sekarang, sebelum gue lempar lu, ke fans sialan lu itu." Ujar Nissa sarkas. Raffi lagi-lagi meneguk ludahnya. Lalu buru-buru melepas cengkraman tangan Nissa dari kerah bajunya, untuk segera pergi ke UKS.

Segera saja Raffi berlari keluar kelas, tak perduli jika di sana sedang ada berkerumunan cewek-cewek sedang meneriaki namanya. Zhara Anissa itu memang memiliki aura yang menyeramkan, pikirnya.

'Oh my god, itu Raffi gaess!'

'Sial, ganteng banget dia.'

'Bang Raffi kenapa lari-lari bang?'

'Raffi, I love you. Buset dah ganteng banget ni orang.'

Sesampainya di UKS Raffi dengan perlahan membuka pintu. Disana terlihat ruang serba putih bercampur Navy yang hampir mirip dengan rumah sakit.

"Nih orang sakit apaan sih? Kenapa jadi gue yang tanggung jawab." Raffi menggerutu, sambil menggaruk belakang kepalanya.

Ia sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang, ia menatap ranjang UKS tempat Bunga tidur. Gadis itu terlihat sangat tenang, wajahnya terlihat sangat damai saat tertidur. Tanpa sadar Raffi mengembangkan senyumnya, meski sangat tipis dan nyaris tidak terlihat.

Sepuluh menit berlalu ia masih duduk di kursi samping tempat tidur Bunga, masih tidak ada perubahan dari gadis itu. Yang pasti dia mulai bosan berada di sana.

"Hufttt." Raffi menghembuskan nafasnya kasar. Ia kemudian bangkit dari duduknya beberapa menit kemudian berjalan mondar-mandir lalu sesekali menatap jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.

Lagi-lagi ia menatap ke arah Bunga, kali ini dengan seringai, sepertinya Raffi punya ide jahat untuk membuat Bunga bangun dari pingsannya.

"Hehe, gue ada ide njir." Ucapnya dalam hati, sedetik kemudian ia melangkah ke arah Bunga untuk kembali duduk di kursinya. Ia tersenyum smirk. Raffi terus menatap Bunga, semakin intens dan semakin dekat, dan kini tanpa sadar ia sudah tidak berada dalam posisi duduk, ia berada di posisi setengah berdiri dengan wajahnya yang tepat berada di depan wajah Bunga.

"Fiuhh," Raffi meniupkan nafasnya pada wajah gadis itu, hingga mengusik gadis itu dari alam bawah sadarnya.

Penglihatan Bunga kembali terlihat, walau samar-samar, ia dapat merasakan aroma khas obat di ruang UKS ini yang begitu menyengat. Bunga mencoba duduk, sembari mengumpulkan kesadarannya. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit, kepalanya terasa sangat berat seperti baru saja dihantam oleh sesuatu yang keras.

"Hei, lo gapapa?" Suara lembut itu menyapu pendengaran Bunga, ia langsung saja membuka kedua matanya. Matanya melotot ketika melihat siapa yang berada dekat dengan wajahnya sekarang. Dia Raffi, anak baru di kelasnya.

"Aaaaaaaa, ngapain lo disini!" Ucapnya berteriak, Raffi sontak langsung menutup mulut gadis itu dengan tangan kirinya, sambil berbisik 'stttth sttttth' di telinga Bunga.

Beberapa saat setelah ia merasa tidak ada pergerakan dari gadis itu ia melepas tangannya, Bunga menghirup udara dengan rakus, dia benar-benar kehabisan oksigen gara-gara Raffi, apa laki-laki ini ingin membunuhnya? Pikirnya.

"Gausah teriak kali, gue gak macam-macam kok sama lo," ujar Raffi, sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Bunga menatapnya was-was. "Ya maap, tadi gue kaget." Ucapnya.

Raffi tersenyum, walaupun sedikit tidak terlihat. Rasanya ia sangat ingin menjahili gadis ini. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya.

"Otak lo mesum banget, lo pasti mikirnya gue mau nyium lo kan?" Ujarnya. Bunga langsung memberi tatapan nyalang, Raffi tertawa penuh kemenangan dalam hatinya. "Dasar mesum," Ucap Raffi lagi, Bunga tak berkutik lagi telinganya panas mendengar perkataan tidak benar dari Raffi, yang memfitnah dirinya.

***

Di kelas X IPS 1 semua kembali ribut dan semua kembali pada aktivitas masing-masing, entah itu pada Liya dan Anggun yang asik bermain tiktok diujung ruang kelas atau Riri dan Selvina yang sedang mabar Mobile Legends. Semua kembali seperti semula seolah-olah ketegangan antara Raffi dan Nissa yang sempat membuat hening satu kelas tidak pernah terjadi.

"Kita jamkos ni mapel bu Ida?" Tanya Felix pada Nissa yang sedang memainkan ponselnya sambil meselonjorkan kaki ke atas meja. Nissa mengalihkan pandangannya dari ponselnya ke Felix. "Bu Ida gada sih, gada juga tuh ngasih tugas," balasnya, lalu kembali fokus bermain ponsel.

Felix mengangguk sambil bergumam, "Yess," dengan nada pelan.

Bu Idawati, guru mata pelajaran Matematika itu hari ini tidak masuk kelas, karena sakit. Namun ia juga tidak menitipkan tugas pada guru-guru lain karena ketidakhadirannya yang sangat mendadak. Biarpun begitu sekarang kelas X IPS 1 sangat bersuka ria karena mereka memiliki pekerjaan rumah berjumlah 40 yang tidak jadi diperiksa hari ini. Rasanya ini seperti keberuntungan yang paling membahagiakan. (?)

"Eh btw, Bunga gimana? Kesian banget dia kaga ikut jamkos kita gini," suara Riska memecah keheningan di meja, dimana Nissa, Astrit, Novita, dan Felix sedang berkumpul. "Ngapain ya dia disana, dia pingsan doang kan, Niss?" Tanya Novita, Nissa mengangguk.

Novita menerawang jauh, mana mungkin Raffi macam-macam, secara ia juga tidak kenal pada Bunga. Dia pasti sedang suntuk disana menunggu Bunga bangun dari pingsannya. Memikirkan itu membuatnya senang, ia suka melihat cowok sok kegantengan sepeti Raffi menderita. Memang kejam.

***

"Emang cewek mesum lo, huahahaha." Sungguh lucu, Raffi bahkan sekarang sudah tidak sanggup menahan tawanya lagi. Luar biasa bahagianya saat menjahili gadis seperti Bunga. Ia benar-benar puas ketika melihat ekspresi gadis itu sepeti ingin menangis. Pipinya terlihat gembung dan memerah.

Bunga menyipitkan matanya, sambil menggembungkan pipinya menahan kesal. Sungguh kejam fitnah Raffi padanya, sampai itu membuat telinganya panas. Dia harus benar-benar menahan emosinya kalau tidak mau memperlihatkan wajahnya yang akan memerah, atau Raffi akan benar-benar tertawa dan mengiranya akan menangis sepeti bayi. Itu sangat tidak lucu, dan pasti akan menghancurkan harga dirinya.

"Cewek mesum, gue kira lo cewe baik-baik,"

Sudah hancur kini pertahanannya, ia akan mejambak rambut Raffi itu sekarang, pikirnya. Namun tidak ia justru mengambil bantal UKS dan memukuli Raffi membabi buta dengan bantal itu.

Raffi benar-benar tertawa puas. -eh.

B e r s a m b u n g ...

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang