48

4.5K 173 3
                                    

***

Raffi menggerutu kesal. Jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan pagi, itu artinya dia hanya memiliki waktu setengah jam lagi untuk mengerjakan soal ulangannya. Dia menggaruk kepalanya, frustasi. Bagaimana ada manusia yang mampu mengerjakan soal sesulit fisika? Dia bahkan sangat heran ketika melihat Bunga sudah menutup lembar jawabannya, karena telah selesai. Sebenarnya dia ingin mencontek namun ada sedikit rasa gengsi dalam hati.

"15 menit lagi kumpul," Ujar Bu Arumi. Tidak ada pilihan lain, selain mengeluarkan jurus andalannya. Pikir Raffi.

Diam-diam ia menatap Bunga, yang ternyata sedang menatapnya juga. Bunga tersenyum, ia seperti bisa membaca pikiran Raffi. "Hehe, boleh Bung?" Tanyanya ambigu. Bunga mengangguk sambil tertawa pelan. "Hati-hati jangan sampai ketahuan Bu Arumi." Raffi menggangguk paham.

15 menit kemudian bel istirahat berbunyi. Raffi berjalan dengan bangga saat mengumpulkan lembar jawaban ulangan miliknya, karena dia sangat yakin dia tidak akan remedial kali ini. Bu Arumi keluar setelah menerima semua lembar jawaban siswa, dan yang terakhir adalah milik Anggito dan Husein. Dengan wajah masam Husein menghampiri Raffi yang sedang duduk bersama Arya di depan kelas. "Muka lo ngapa?" Tanya Raffi saat melihat raut wajah tak bersahabat Husein, Anggito tiba-tiba datang sambil membawa botol minuman. Ia lalu memberinya pada Husein, bermaksud membaginya. "Ulangan tadi boss, biasa kita ngasal." Jawab Anggito pada Raffi, Husein menghela nafas. "Kita pasti remedial nih, Git." Ucap Husein, wajahnya terlihat sedih. Dan lebih sedih dari yang tadi.

***

Seperti biasa kantin SMA Jaya Bhakti ramai, terlihat Bunga, Riska, Nissa, Liya, Novita dan Felix sedang duduk di meja paling pojok sambil makan gorengan dan mengobrol. "Eh, gue denger Dhini udah digantiin jadi putri SMA kan?" Tanya Novita membuka pembicaraan. Liya meneguk es jeruk di gelasnya, setelah itu angkat bicara. "Bukannya digantiin sih, cuma diberhentiin aja." Ucapnya.

"Liat aja di mading depan UKS, ada brosur pendaftran putri SMA." Riska menimpali.

Memang akhir-akhir ini banyak kabar beredar tentang Dhini yang kehilangan gelar Putri SMA-nya, tapi banyak yang mengira itu hanya sebatas kabar burung yang tidak benar. Bunga menautkan alisnya, kenapa Dhini harus diberhentikan? Menurutnya gadis itu cantik. Tidak. Bahkan sangat cantik.

"Oy Bung!" Sentak Nissa mengejutkan Bunga. "Ngelamun lo? Mikirin Raffi ya?" Tanyanya dengan raut wajah menggoda.

"A-apaan sih." Balasnya terbata-bata, membuat semua temannya tertawa sambil menggelengkan kepala. Mereka tahu jika membicarakan tentang Raffi maka Bunga akan salting, atau salah tingkah.

"Eh itu Raffi tuh," Tunjuk Riska pada sosok Raffi yang berada diluar kantin, Bunga dengan cepat menoleh, namun dengan cepat itupun senyum Bunga seketika pudar.

"Ngapain dia sama Finara?" Tanya Nissa dengan sinis sambil melihat Raffi yang sedang berjalan berdua dengan Finara. "Perlu gue tampol tuh si Raffi." Lanjutnya sambil menaikan lengan bajunya. Ia berniat bediri menghampiri Raffi, sebelum tangan Bunga menahannya.

Bunga menatap Nissa sambil tersenyum, setelah itu menggelengkan kepalanya, bermaksud berkata tidak. Nissa diam lalu kembali duduk, beberapa saat kemudian Raffi dan Finara berjalan meninggalkan kantin. Mereka semuanya menatap kejadian itu dalam keheningan. Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kelas, karena bel masuk yang sudah berbunyi.

Siswa siswi kelas XI IPS 1 terlihat masih riuh. Biarpun bel sudah terdengar berbunyi dengan keras para muridnya masih saja ada yang berjalan kesana kemari, berlarian, berdandan ria, bahkan sampai live streaming Instagram. Lagi-lagi Riska hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku teman-temannya. Di ujung ruangan bahkan terlihat Husein, Anggito, Rendy, Arya, Raffi sedang bernyanyi sambil memainkan ukulele. Hanya Husein yang memainknnya, dan sisannya bernyanyi.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang