59

3K 175 4
                                    

Ayo vote dan komennya, aku harap kalian tau bagaimana menghargai karya orang:)

"Kayaknya ada yang adem banget tadi beduaan." Kekeh Raffi. Bunga sedikit tersentak ia tahu apa yang dibicarakan oleh lelaki di depannya ini.

"Aku tadi mau ke kantin, tapi sebelum ke kantin tuh ke kamar mandi dulu jadi aku suruh Nissa sama yang lain duluan, aku ntar nyusul." Bunga dengan tenang menatap Raffi dan menceritakan semua yang terjadi saat istirahat tadi.

"Dan habis aku dari kamar mandi mau ke kantin, ketemu deh sama Zeland. Kebetulan dia mau ke kantin juga." Ujarnya lagi, ia menarik nafas. "Aku minta maaf deh, kalo kamu gak suka."

Raffi tersenyum, ia mengacak rambut Bunga. "Bukannya gak suka, tapi kamu harus hati-hati aja sama dia,"

"Zeland baik kok, mungkin awalnya aja yang gak." Bela Bunga, Raffi mengangguk. "Pokoknya hati-hati aja."

Bunga tersenyum, "Iya deh."

Raffi balas tersenyum kemudian menepuk sebelah pipi kiri Bunga. "Nanti sore aku bisa latihan basket." Ucapnya.

"Kalian tanding lusa kan?" Tanya Bunga, Raffi mengangguk. "Kalo gitu semangat ya, nanti aku pasti nonton."

Raffi meng-iya-kan, sebelum akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah.

***
Seusai jam pelajaran pertama selesai Bunga terlihat berjalan di koridor bersama Selvina dan Novita. Ketiga gadis itu nampaknya baru saja usai meminjam buku dari perpustakaan karena mereka terlihat memeluk masing-masing satu buku.

"Tau gak? Kemaren Aldy minta balikkan sama gue." Ujar Novita membuka pembicaraan, nada saat gadis berlesung pipi itu berbicara terdengar lirih.

Selvina menepuk pundak Novita. Ia tahu walaupun Novita sudah menjalin hubungan dengan Dimas ia sama sekali belum melupakan Aldy. Lelaki brengsek yang pernah mengisi hari-harinya selama setahun lebih. Bagaimana pun brengseknya lelaki itu temannya itu pernah menangisinya, pernah memohon untuk kembali memperbaiki hubungan mereka dan pernah tersia-siakan. Tidak pernah ada perjuangan yang sia-sia selama kita berusaha, terkecuali saat kau memperjuangkan apa yang terlihat mustahil dan tidak wajar.

"Udahlah, ngapain juga lo ingat-ingat dia. Biarin aja tuh dia nyesel." Ucap Selvina sinis. Ia mengepalkan kedua tangannya kesal mengingat apa yang dilakukan Aldy dulu pada Novita.

"Lo kan udah punya Dimas, gue yakin kok Dimas itu gak kayak Aldy." Timpal Bunga, Novita tersenyum melihat kedua sahabatnya yang selalu menyemangatinya itu. Tidak kedua tapi semua sahabatnya.

'Bukk'

Buku yang dibawa Bunga nampak terjatuh saat ada seseorang yang menyenggol keras pundaknya. Bunga sedikit meringis sambil memegang lengannya. Bagaimanapun lengannya ini terasa masih sakit karena kejadian tertabrak motor tempo hari.

"Apaa sih lo, Fin?" Gertak Novita pada Finara. Gadis cantik yang menyenggol Bunga itu adalah Finara mantan Raffi. "Apa?! Dia tuh yang lebay. Gue kan gak sengaja." Balas Finara.

Selvina menggertakan giginya geram. Ia baru saja akan menjambak rambut nenek lampir a.k.a Finara andai saja Bunga tidak menghentikannya. "Udah gapapa, Gak sakit kok." Ucap Bunga.

Finara tersenyum mengejek, menurutnya gadis itu tahu ia menyenggolnya dengan sengaja. Tapi kenapa dia masih membelanya? Dasar cewek bodoh! Umpat Finara.

"Dasar cewek lemah lo," Ucap Finara. "Gue bakal rebut Raffi dari cewek bodoh kayak lo." Lanjut Finara berbisik tepat di telinga Bunga. Gadis bermata hazel itu lantas berlalu pergi.

Bunga hanya menggelengkan kepalanya, gadis itu lalu berlutut memungti bukunya yang tadi terjatuh. Ia bersama dua sahabatnya lalu kembali berjalan dengan Novita dan Selvina yang masih terus mengumpati Finara.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang