Epilog

6.3K 212 11
                                    

Epilog

BUNGA menutup telinganya saat mendengar suara menggelegar Nissa sedetik setelah terdengar suara pecahan kaca dari ruang keluarga. Wanita berusia 32 tahun itu menggelengkan kepanya sambil menatap Riska yang duduk dengan anggun.

"AZURA GUCCI MAMA KAMU PECAHIN LAGI YA?!" Teriak Nissa.

Bunga menatap anak lelaki yang dipanggil Azura itu, anak lelaki itu nampak berdiri dengan raut santai memandangi sang ibu yang sedang berteriak kesal.

"Hayo lo, Zu! Kena marah emak lo. Hayo lo!" Ejek temannya yang berdiri tepat di sebelah. Bunga memeloti sang anak yang baru saja menakuti Azura.

"Raffa, jangan ngompor-ngomporin gitu ah." Ucap Bunga pada sang anak. Raffa Nugraha nama anak itu, anak lelaki sematawayang Bunga yang memiliki wajah copy paste sang ayah.

Anak lelaki berumur 7 tahun hanya terkekeh mendengar perkataan ibunya. Lagian ini salah Azura yang mengajaknya main bola di dalam rumah. Padahal Raffa sudah mengajak temannya itu ke lapangan, namun Azura tetap keukuh ingin main di rumah saja. #Dirumahaja

"Udah ah, Niss. Biarin aja mereka main." Celetuk Riska. Nissa menarik nafasnya dalam. "Kalian berdua kenapa sih ga main di luar, itu Saara sama Dinda asik main di luar." Novita menimpali, ia menujuk dua anak perempuan yang sedang mengelus-elus kucing di luar rumah.

"Tante, mereka kan cewe. Kita ini cowok!" Ucap Azura beralibi.

"Lagian main sama mereka ujung-ujungnya kita di suruh cari daun, buat main masak-masak." Balas Raffa ikut membela Azura.

Bunga menatap Raffa lembut. "Gapapa ikut main masak-masak, kan cuma main."

"Enggak gentle kita jadinya, ma!" Balas Raffa lagi. "Tau nih tante, masa kita di provokasi main masak-masak." Sergah Azura. Bocah berkulit putih bersurai hitam itu menatap Bunga dengan dongkol.

"Yawlah, ini anak-anak dapat bahasa dari mana provokasi?" Gerutu Riska sambil mengelus dadanya pelan.

Nissa mendelik, "pokoknya sekarang kalian main di luar, bisa habis Gucci mama kalo kamu di dalam rumah terus," suruh Nissa.

Raffa dan Azura sama-sama mengerucutkan bibir, kedua bocah sebaya itu kemudian mengambil langkah seribu sebelum sang kyubi ekor sembilan a.k.a Nissa mengamuk.

"Dasar anak-anak." Gumam Novita. "Gak kerasa banget mereka udah sama-sama tumbuh besar." Lanjutnya. Wanita berlesung pipi itu mendengus geli sambil menatap Bunga, Nissa dan Riska bergantian.

Keempat sahabat semasa SMA itu hingga sudah menikah ternyata masih menjaga akrab persahabatan mereka. Mereka berempat bahkan tinggal di satu komplek perumahan elit yang sama. Di blok yang sama pula.

"Perasaan gue, kita barusan datang kemaren di acara prom dan sekarang kita udah punya anak aja." Timpal Riska.

"Mereka tumbuh cepat banget." Balas Bunga

Nissa hanya terkekeh, tangannya terlihat sibuk menggulir layar handphone-nya. "Selvina sama Riri, masih otw." Ucapnya.

"Hello gaess!" Keempat wanita itu langsung menoleh saat mendengar suara dari arah pintu rumah Nissa.

Astrit terlihat santai dengan raut bahagianya memasuki rumah. "Kirain gak bakal hadir eh, ibu hamil." Sindir Bunga, Astrit tertawa karena itu.

"Dateng dong say, sumpek juga di rumah. Si Bagas nanyain terus kapan adeknya lahir." Balas Astrit, wanita cantik yang tengah hamil anak kedua itu nampak tersenyum menatap sahabatnya yang sudah lama tak di jumpainya.

"Doain gue ya yang dapat, buat beli gucci yang pecah tadi." Canda Nissa. Riska kembali tertawa. "Beli gucci mulu kerjaan lo,"

Sejak lulus kuliah Nissa memang sangat menyukai seni, wanita yang dulu mengambil jurusan sastra itu banyak sekali mengoleksi gucci bahkan benda-benda kramat yang sering ada di perlelangan.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang