17

35K 937 6
                                    

Bunga POV

"Bung."

Aku tersentak kaget saat ada seseorang menepuk pundakku.

"Eh, kak Rangga." Balasku agak gugup.

Segera saja aku menganti wajah kesalku dengan senyuman __yang dipaksakan__ entah kenapa mood-ku jadi berubah gara-gara ngelatin Finara ama Raffi tadi.

"Mau minum?" Tanya kak Rangga ramah, namun aku menggeleng. "Lu lagi ada masalah?" Lagi-lagi aku menggeleng.

"Lu gak bisa boong, Bung. Ketauan banget tuh idung lu kembang kempis kalo boong."

Benarkah hidungku kembang kempis?

Aku segera memengang hidungku yang kembang kempis. "Ih apaan sih, kak." Ucapku malu.

Lalu kak Rangga menggenggam tanganku, sehingga membuatku terkejut. Aku benar-benar gugup saat kak Rangga memandangiku begitu. Ingin rasanya aku menenggelamkan diri di samudra atlantik.

"Ikut gue yuk." Ajaknya sambil menarik tanganku, aku hanya diam sambil mengikuti langkah yang entah kemana tujuannya.

Hingga sampailah kami di sebuah bangku taman depan sekolah, yang sedikit jauh dari aula acara.

"Kita mau ngapain kesini, kak?" Tanyaku, sembari duduk di bangku taman.

Kak Rangga pun ikut mendudukan dirinya di bangku sebelahku. "Lu lagi sedih kan?"

"Biasa kalau gue sedih gue itu ngeliatin bintang."

"Karena diantara banyaknya bintang itu ada mamah, yang selalu memberikan gue kekuatan."

"Maksud kakak?" Aku membeo karena tidak paham.

"Pas umur gue lima tahun, mamah itu kecelakaan dan meninggal. Sejak itu gue selalu ngeliatin bintang, karena gue percaya mamah ada diantara bintang-bintang itu." Rangga tersenyum.

Aku melihat ke arah langit malam yang bertabur begitu banyak bintang. Dan itu luar biasa indahnya. Pikiranku terasa ringan setelah itu, seolah bintang telah mengambil semua kegundahanku.

"Kakak jadi sedih ya?"

"Enggak, kok. Tapi gimana lu udah lebih baik?" Tanya kak Rangga, yang hanya kubalas dengan anggukan.

Aku pun sepertinya tidak mengerti kenapa harus kesal. Perasaan yang gak jelas banget. Tapi, mungkin itu karena aku memang tidak suka pada Finara. Makanya aku kesal melihat dia sama Raffi tadi.

Lagian si Raffi, bukannya waktu itu dia udah nembak aku supaya jadi pacarnya. Nyatanya sekarang malah mesra-mesraan ama Finara. Dasar playboy cap kaki tiga.

Ck, jijik kali aku lho..

"Lu suka ama Raffi ya?" Tanya kak Rangga, sontak aku menggeleng.

Ngapain aku jadi bahas ini, seolah-olah aku baru aja di selingkuhin.

"Enggak, ngapain suka ama dia." Elakku. "Lah terus ngapain lu marah?"

Beneran kak Rangga, berhasil deh bikin jantungaku berdetak kencang. Asal kakak tau aku sukanya sama kakak bukan sama si mesum Raffi.

"Itu___" perkataanku terpotong oleh sebuah panggilan masuk. Waduh tepat waktu banget nih telpon.

"Hallo, napa Niss?"

"..."

"Iya gue kesana."

"..."

"Iya, ah."

Aku segera menutup telpon dari Nissa yang menyuruhku datang ke parkiran. Segera saja aku berpamitan pada kak Rangga untuk segera pulang. Padalah ini masih jam 8 malam. Tapi sebelum itu dia menawarkan aku pulang bareng. Omg kak Rangga yang denger-denger dinginnya ngalahin kutub itu kok bisa manis gini. Melumer hatiku. Lebayyy, njir!

...

Sampai di parkiran dengan wajah kusutnya Nissa ngajakin pulang, bareng Novita sama Liya juga. Sementara Riska katanya mau pulang sendiri.

Selang benerapa waktu sampailah kami di rumah Nissa yang sepi, katanya sih kakaknya lagi ngerjain skripsi di rumah temannya, makanya Nissa minta aku, Liya, Novita dan Riska nginep buat nemenin dia.

"Huahhh, ngapain aje lu Ris, kok pulang telat?" Tanya Liya. Aku hanya mendenger mereka sambil nge-stalk ig-nya Song Jong Ki.

Riska cengar-cengir, "Tadi gue diajakin dance bareng kak Rayno. Abis itu dikasih ini." Riska menujukan satu kotak coklat bentuk hati. Ya ampun ini manis sekali.

"Widih, tumbenen tu manusia pelit ngomong jadi romantis." Kata Nissa, yang dimaksudkan pelit ngomong itu kak Rayno. Emang sih, soalnya biasanya kak Rayno itu cuma ngomong seperlunya.

"Btw, Niss kakak lu ada dua ya?" Tanyaku saat melihat foto tiga orang remaja dengen latar Candi Prambanan.

"Iya, lu nggak tau?" Aku menggelengkan kepalaku.

"Kakak gue itu, Anggi sama Hafiz. Kalau bang Anggi lagi kuliah di Inggris. Kalau kak Hafiz mungkin lagi pacaran ama Kak Ria."

"Ria siapa?" Tanya Novita yang dari tadi asik video call ama Aldy.

"Kalau kaga salah Victoria Agustin. Gue liat di chat whatsapp-nya sih gitu."

"Suka kepo ya lu Niss." Kata Liya, dan tiba-tiba Liya mengerahkan pandangannya ke arahku.

"Tadi gue ketemu Raffi, Bung." Katanya dengan nada serius. "Dia nanyain lu kemana. Ya, gue jawab kaga tau. Abis itu dia bilang mau nyariin lu."

What demi apa dia nyariin gue. Bodo amat, cariin aja tu lu. Gak usah perduliin gue, Ferguso!!

"Udah ah, cepetan tidur, besok kan masih sekolah." Kata Nissa, aku dan Liya pun tidur di kamar sebelah, karena emang kamar ini udah di rebut ama VOC a.k.a Novita, ama Riska.

...

"Pagi!" Sapa bu Irsanne dengan wajah sang*e kaya biasa.

Secara to the point-nya bu Irsanne langsung menyuruh kami membuka buku halaman sekian.

Dari tadi pagi, aku memang berniat ngachangin Raffi. Berasa gak mood bangat ngomong ama dia. Jadi aku mengacuhkan dia yang nampak nganga-nganga sendiri melihat acara diamku.

"Bung, lu kok ngacangin gue sih?"

____
B e r s a m b u n g. . .

Thanks for read...👌 maaf ya kalau up-nya agak lama.. 🔥🔥

Sorry juga kalau makin gaje...💦

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang