64

2.6K 165 6
                                    

Ayo vote dan komennya, aku harap kalian tau bagaimana menghargai karya orang:)🖤

***

"Nih tambahin lagi garamnya." Pinta Nissa pada Riska yang sedang memasak nasi. Gadis itu nampak memberikan sebungkus garam membuat Riska mendelik tajam. "Astagafirulah." Ucapnya sambil mengelus dadanya pelan.

Bunga yang sedang memotong bawang terkekeh. "Masak nasi itu gak perlu di kasih garam Nissayang," ucapnya.

Nissa hanya mendengus sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Pengetahuannya soal dapur memang sangat minim, hanya sebatas masak air, mie instan dan telur goreng. Dia memang perempuan sundal, tck.

"Gitu ya, hehe."

Husein dan Anggito mendatangi area memasak sambil membawa ranting kayu. Husein meletakan kayu-kayu itu di sebelah Bunga sambil mengibaskan tangannya -kepanasan.

"Minta air dong, haus nih." Ucapnya.

Bunga memberikan sebotol air mineral pada Husein yang langsung di terima oleh lelaki itu. Lelaki tinggi berkulit putih itu langsung meneguk air mineralnya hingga sisa setengah.

"Gada sinyal wee disini," keluh Anggito. "Kita kan disini mau liburan main hape mulu lo." Balas Riska ketus sambil masih mengaduk nasi yang ia masak di dalam panci.

"Sewot aja lo sama gue."

"Terserah gue dong,"

"Bacot lu,"

"Gabisa ya kalian sehari aja akur, biar damai ini dunia." Ujar Nissa menengahi perdebatan antara Anggito dan Riska. Anggito hanya mengerucutkan bibirnya.

"Jangan kebanyakan debat, ntar jadi jodoh." Ucap Bunga sambil terkekeh. Gadis bermanik coklat tua itu lalu meninggalkan teman-temannya, dengan Anggito dan Riska yang sama-sama mendecih jijik.

Bunga berjalan sambil mengeratkan jaket abu-abu yang dipinjamkan Husein padanya tadi. Udara disini memang sangat dingin, padahal hari belum gelap, mungkin masih sekitar jam 5 sore.

"Mau kemana, Bung?" Tanya Selvina dari arah tendanya. Bunga tersenyum menatap empat temannya itu tengah sibuk membangun tenda mereka.

"Mau jalan-jalan liat pemandangan,"

Riri mengerucutkan bibirnya. "Pengen ikut tapi ini masih belum jadi." Desah Riri. Gadis bertubuh tinggi semampai itu kemudian menatap Novita. "Gara-gara lo minta balik pulang sih ngambil boneka lo, jadi kita telat deh,"

Novita hanya menampilkan cengiran tanpa dosanya, "ya maap, gue beneran gak bisa tidur kalo gak ada Tebi." Balas Novita, Tebi adalah boneka teddy bear coklat kesayangannya. Itu merupakan hadiah ulang tahun dari sang ayah saat ia berusia 9 tahun.

"Yaudah, kalian lanjutin aja bangun tendanya. Gue jalan dulu," pamit Bunga.

Selvina tersenyum mengangguk. "Jangan pulang pas harinya gelap ya, Bung." Peringatnya.

"Kalo ada cogan, nanti mintain nomornya ya. BUAT GUE, BUNG!!" Ujar Anggun, gadis berambut panjang itu berteriak di akhir kalimat.

"Mana ada sih cogan di tengah hutan gini," celetuk Riri.

Anggun menggaruk kepalanya, "iya sih." Ia menjeda. "Tapi siapa tau ada kan, namanya juga jodoh."

"Jodoh itu kayak alif lam mim, tau gak kenapa?" Tanya Novita tiba-tiba.

Selvina dan Riri mennggelengkan kepala bersamaan. "Mana gue tau, gue kan Kristen." Ujar Selvina.

"Iya sama." Timpal Riri.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang