Raffi POV
Gue yang rencana awalnya berniat untuk ngerjain Bunga, kaget. Saat tiba-tiba dia ngelempar sesuatu dan berteriak.Gue sih kaga sempet ngeliat apa yang dia lempar. Tapi gue segera ngehampirin Bunga yang udah keliatan gemeteran.
"Bung, lu kaga pa-pa?" Tanya gue, pertanyaannya bodoh macam apa itu? Udah tau dia gemetaran gitu.
Dia cuma terpaku tanpa jawab pertanyaan gue tadi, dan dia terus ngeliatin ke arah lokernya. Di lokernya gue ngeliat ada banyak tulisan, "I am hell for you." dan "You must die." Yang ditulis dengan warna merah darah. Dan ternyata yang dilempar Bunga tadi itu mawar hitam yang banyak bercak darahnya.
Ini maksudnya Bunga lagi kena teror ya?
Dengan semua lamunan gue, karena ngeliatin loker Bunga tiba-tiba gue sadar saat ada kulit dingin yang nyentuh tangan gue dan gue ngeliat Bunga yang udah pucat pasi. Cairan kental warna merah keluar dari hidungnya. Dan dia jatuh, kalau kaga sempet gue tangkap rata dengan lantailah wajah cantikmu, Bung.
Masih sempat ae gue bercanda. Ya udah aktifin deh mode serius.
...
"Bung.." gue nepuk-nepuk pipinya, sekarang gue udah bawa dia ke UKS.
Di sini ada Nissa ama Liya juga.
"Lu gak apa-apain dia kan, Raff?" Liya natap gue dengan datar.
Ya kali gue apa-apain.
"Kaga," bantah gue sambil geleng-geleng. Sementara Nissa dia duduk diem di samping ranjang Bunga sambil mangku kedua tangannya.
"Lu udah liat lokernya, Ya?" Tanya Nissa pada Liya. Tapi tatapannya kaga sedikitpun beralih dari Bunga yang masih pingsan.
"Udah."
"Gue takut dia tertekan. Lu tau kan fisiknya lemah." Hah?! Apa maksud Nissa kalau fisik Bunga itu lemah.
"Maksud lu apa, Niss?"
Nissa menghembuskan nafasnya kasar, lalu menggenggam tangan Bunga.
"Gue gak tau, yang gue tau Bunga itu emang sering banget mimisan. Dan gue selalu liat dia nyembunyin semua itu."
End Raffi POV
Liya menghela nafas-nya berat. Ia merasa sangat heran dengan sahabatnya, Bunga.
Bunga siswi paling baik yang selalu menorehkan senyum manisnya ke semua orang.
Bunga yang selalu berjalan dengan ceria, tanpa beban di hidupnya.
Bunga yang selalu menyukai mawar merah.
Dan Bunga yang membantu semua orang, padahal dalam hidupnya sendiri begitu banyak menyembunyikan masalah.
Apa yang lu sembunyiin, Bung?
"Hey Bung, lu bisa denger kita?" Tanya Liya sambil menepuk pipi Bunga.
Raffi hanya berdiam diri. Terus memperhatikan Bunga, wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya juga sedikit kurus, terlihat juga baju olahraganya terdapat banyak bercak darah, bekas mimisannya tadi.
Perlahan kelopak mata yang menyembunyikan manik keteduhan itu bergerak, menandakan Bunga yang akan segera terbangun dari pingsannya.
Masih dengan gemetar Bunga akhirnya sadar dan merubah posisi menjadi duduk.
Tangan Raffi perlahan terangkat karena melihat bibir Bunga yang gemeteran. Ia menepuk bahu gadis itu bermaksud untuk membagi kekuatannya. Karena Bunga masih takut. Dia masih trauma atas apa yang di lihat di lokernya tadi.
"Lu mau pulang, istirahat di rumah atau, disini aja?" Tanya Liya.
Bunga menyibak selimut yang melilit di badannya. "Gue gak pa-pa."
"Lu sakit apa, Bung?" Raffi akhirnya angkat bicara.
Di sana Bunga nampak menundukan mata sayunya. "Gak tau."
"Ya udah gue ama Nissa kelapangan dulu, lu jagain dia, Raff." Kata Liya sambil menatap Raffi.
"Kalau sampe dia kenapa-napa, bapak kau yang kudaftarkan kerja di salon." Balas Nissa. Sementara Raffi hanya ngangguk-ngagguk takut.
...
"Nih minum." Raffi menyerahkan air mineral ke Bunga, sekarang mereka berdua ada di kantin.
Ohh, jadi ini ceritanya lagi bolos?
"Nanti tungguin gue piket. Kita pulang bareng." Kata Raffi datar, sambil membuang muka.
Entah kenapa Raffi merasa deg, dig, dug gak jelas kalau ngeliatin Bunga, apalagi kalau lagi imut-imutnya.
Di tengah kecanggungan di antara mereka tiba-tiba ponsel Bunga berdering, menandakan ada sebuah pesan masuk.
Kak Rangga
Gimana, Bung?
Jadi kan pergi bareng gue?Hati Bunga merasa ragu-ragu untuk menjawab pesan dari Rangga. Ia pun manatap wajah Raffi.
Wajah tampan dengan senyum yang amat menawan, rahang yang kokoh, hidung yang sedikit mancung, bibir yang sexy, dan ia terlihat sangat-sangat sempurna di mata Bunga.
Tiba-tiba Bunga mengambangkan senyumnya. Dan sesaat ia sadar, Cih ngapain gue senyum-senyum ngeliatin dia.
Menghapuskan semua khayalan gilanya pada Raffi, Bunga akhirnya dengan yakin menjawab tidak untuk ajakan Rangga
"Raff," panggilnya. "Kita jadi ke acara entar malam?"
Raffi menolehkan wajahnya pada Bunga, "Kalau lu kuat, kita otw."
Bunga hanya mengangguk paham.
...
"Ya udah ayo naik, mau ujan nih." Kata Raffi pada Bunga. Bunga segera mengguk dan naik ke motor sport-nya.
Di jalan Bunga terus merasa heran, tumbenan nih si Raffi kaga nyuruh pegangan. Biasanya juga nyari kesempatan. Amboii!
Bunga terkejut saat setetes air dari langit menyentuh wajahnya, perlahan ia merasa tetesan air itu semakin banyak membasahinya.
Tangannya yang saat ini berpegangan pada tali tas Raffi mulai berpindah menyentuh pinggangnya secara reflek.
Namun ia merasa ada kehangatan pada kulitnya. Dan Bunga tidak pernah sadar bahwa ia telah memeluk Raffi.
Acieeeee! 😖😖
Sos wett anjir, iri gue...
B e r s a m b u n g. . .
Terimakasih lu pada masih tetap stay disini..
Sorry banget kalau cerita gue makin gaje.. klean semua kan pada tau stok ide kaga dijual di pasaran..
Dan buat dapet ide cemerlang gue butuh mood yang bagus... terus tetang gue nulis ini pas lagi galau..
![](https://img.wattpad.com/cover/166645044-288-k964039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressive Love [TAHAP REVISI]
Fiksi Remaja[Belum Direvisi] Raffi Nugraha seorang anak baru di SMA Jaya Bhakti, terkenal sebagai playboy ganteng kelas kakap dan berandalan yang sering pindah-pindah sekolah. Cowok itu sempurna bagi semua orang, tapi tidak bagi Bunga. Bagi Bunga cowok itu hany...