Jangan lupa untuk selalu cuci tangan dan jaga kesehatan ya gusy! Happy Read! Lopyuall❤😳
***
"Hallo! Apa sih lo, Bang! Tadi kan gue udah izin mau keluar." Gerutu Nissa di sambungan telponnya. Riska dan Novita terkikik tertahan saat mengetahui Nissa ternyata mempunyai seorang kakak lelaki yang tercap sebagai 'Brother Complex.'
"Iya, bentar lagi gue pulang. Rempong banget sih lo." Ucap Nissa lagi, gadis bar-bar itu lalu menutup sambungan telponnya dengan kesal.
Bunga sedari tadi mengaduk-aduk es cappuchino di hadapannya dengan tatapan kosong. Selama 90 menit lebih menonton film, otakknya sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan Raffi. Lelaki yang adalah kekasihnya itu berbohong padanya, menolak permintaannya untuk ikut ke bioskop tapi ternyata ia malah pergi bersama Liyan. Hati perempuan mana yang tidak akan terluka?
Pada dasarnya, manusia memang akan berubah dan menjadi asing ketika bertemu orang baru. Bunga merasakan itu pada Raffi, walaupun Liyan itu adalah sahabat kecilnya tapi entah kenapa Bunga merasa Liyan ingin merebut Raffi darinya. Jadi apa yang harus di lakukannya? Menjadi orang baik dengan memberikan Raffi pada Liyan?
Atau menjadi orang egois dengan melarang Raffi dekat dengan sahabatnnya sendiri? Bunga meringis. Hanya ada dua pilihan itu sekarang, atau semuanya hanya akan membuatnya semakin terluka. Tapi ia tidak bisa menjadi orang baik dan tidak bisa juga menjadi orang egois.
"Kenapa sih lo, Bung?" Tanya Riri. Riri gadis bertubuh tinggi itu sedari tadi memperhatikan Bunga yang mengaduk-aduk minumannya. "Enghh. Gak pa-pa ngantuk gue." Bohong Bunga, Riri menautkan aslinya, mana ada sih orang ngantuk ngaduk-ngaduk minuman.
"Yaudah ah, yok pulang gue juga ngantuk nih." Ucap Liya sambil menguap, gadis bersurai coklat tua itu lalu melemparkan kunci motor pada Anggun. "Lo yang bawa nih, Gun." Lanjutnya. Anggun mengangguk seraya mengambil kunci yang dilemparkan Liya.
Kedelapan gadis SMA itu kemudian meninggalkan café yang berada di lantai bawah bioskop, tentunya setelah membayar makanan dan minuman mereka.
***
Minggu pagi, kota Jakarta dilanda hujan deras.
Bunga terlihat menatap kaca balkon kamarnya dengan pandangan kosong. Bunga suka hujan, gadis itu selalu ingin bermain bersama hujan. Tapi hari ini keinginan itu rasanya hilang begitu saja. Saat ini ia lebih suka menatap butir-butiran hujan yang jatuh menggenangi jalanan. Belajarlah sesuatu dari hujan, ia adalah hal yang paling tegar. Karena ia tetap mau turun lagi setelah tahu rasa sakitnya jatuh berkali-kali. Rasanya Bunga sangat ingin kehilangan sebagian ingatannya, agar ia bisa melupakan Raffi dan Liyan. Kedua orang itu terus berputar dalam ingtannya seperti kaset rusak.
"Bunga ayo sayang sarapan!" Panggil mama Bunga dari lantai bawah, Bunga tersadar dari lamunannya dan bergegas turun ke ruang makan.
Di ruang makan Bunga dapat melihat sang ibunda duduk menunggunya. Khalita terlihat tersenyum manis pada anak sematawayangnya itu. "Mommy kira kamu belum bangun."
Bunga menarik salah satu kursi di meja makan sambil mengerucutkan bibirnya, "Ya udah lah, Mom. Ini kan udah jam 9." Balas Bunga membuat sang ibunda terkekeh. "Iyaa deh, udah cepetan makan."
Khalita menatap Bunga yang sedang mengambil nasi dari baskom. Ia memperhatikan jari manis anak tunggalnya itu. "Cincin itu kamu dapat dari mana?" Tanya Khalita. Bunga menoleh menatap mamanya itu, ia tersenyum.
"Ini dari tante Zaalima." Balas Bunga. Ah ya Khalita ingat, ternyata benar itu milik Zaalima sahabatnya. Ia ingat Zaalima dulu memamerkan itu padanya saat masih kuliah semester akhir. Sahabatnya itu dulu sangat antusias saat menerimanya, ia terus membahas cincin itu tanpa henti selama 2 hari. Khalita terkekeh.
Dulu saat SMP, Khalita pertama kali bertemu Zaalima. Menurutnya Zaalima adalah orang yang paling baik karena telah menolongnya saat dibully. Ya, dulu Khalita sering dibully karena ia adalah salah satu murid yang selalu mendapat juara umum. Ia sering di paksa kakak kelasnya untuk mengerjakan PR mereka, dan saat menolak Khalita akan dicerca atau dijambak. Zaalima bukan gadis yang pintar saat itu, dia hanya gadis yang suka bermimpi. Salah satu mimpinya yang selalu membuat Khalita tertawa adalah menjadi seorang detektif mata-mata. Tapi setelah lulus kuliah gadis itu mampu mewujudkan mimpinya. Ia dan Zaalima sama-sama lulus setelah 3 tahun menjadi mahasiswa. Saat lulus diusia 20 tahun Zaalima bekerja menjadi anggota kepolisian yang sering menyamar untuk menyikap tabir para penjahat. Saat itulah ia bertemu Rajata, anak sulung keluarga Nugraha yang mobilnya kena begal. siapa sangka setelah menyelamatkan pria yang umurnya 4 tahun lebih tua itu benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Akhirnya mereka menikah dan setahun kemudian Khalitapun menyusul keduanya.
Khalita terkekeh saat mengingat masa-masa SMP dan SMA-nya dulu bersama Zaalima.
***
Bunga berdiri di depan gerbang Novita dan Riska sambil mengunggu sang ibunda menjemputnya. Novita dan Riska sedari tadi asik berbincang berdua entah membicarakan apa, yang jelas kedua gadis mengacuhkan Bunga yang asik sendiri men-scroll beranda akun instagram-nya.
Bunga menautkan alisnya saat melihat salah satu notifikasi bahwa Finara sedang melakukan live streaming. Bunga biasanya tidak tertarik, tapi entah kenapa kali ini ia ingin melihatnya.
bungaglory_ bergabung dengan siaran langsung.
Bunga meneliti baik-baik apa yang sedang disiarkan Finara dalam kegiatan live streaming-nya itu. Tidak ada yang spesial, disana hanya ada tim basket yang sedang melakukan aktivitas rutin latihan mereka. Bunga langsung keluar dari sana setelah melihat Raffi. Raffi sedang me-dribling bola dengan baju yang nampak basah berkeringat.
Bunga tersenyum, sebenarnya Raffi disana terlihat sangat tampan. Tapi ia langsung mengenyahkan pikirannya mengingat ia masih marah dengan Raffi. Dari kemarin ia bahkan sama sekali tidak ada membalas satupun pesan dari Raffi, mengangkat telponnya ataupun bicara pada cowok itu saat di kelas tadi. Jangankan berbicara ketika Raffi mendekatinya ingin minta maaf saja Bunga segera pergi menjauh, sekedar menatap Raffi saja Bunga malas. Tambahe lage, Bung ae! Lakian nang kaya Raffi tu pantas dikaitu akan. Kenapa gw jadi ngomong banjar sih? Back to topic ah!
Memikirkan Raffi sungguh membuat Bunga lapar. Perutnya sedari tadi berteriak meminta hak untuk diisi. "Ris, Nov! Gue beli batagor bentar ya disitu." Ucap Bunga sambil menunjuk gerobak batagor yang ada di pinggir jalan depan pagar sekolah.
"Iyaa sana hati-hati." Wanti Riska, "Beliin gue es ya, Bung." Ucap Novita dengan tampang tanpa dosanya,
"Iya ah." Balas Bunga. Riska dan Novita sama-sama menatap pinggung Bunga yang berjalan menjauh meninggalkan mereka. Kedua gadis cantik itu lalu melanjutkan pembicaraan mereka mengenai drama korea yang asik mereka tonton di salah satu aplikasi nonton drama gratis.
Sementara Bunga, gadis itu nampak antusias saat akan memesan. Rasanya sudah lama ia tidak memakan batagor. Ia sangat suka makan makanan khas Bandung, Jawa Barat itu.
"Bulek, batagornya ya dibungkus. 10 ribu." Ucap Bunga, diangguki oleh penjual batagor itu, wanita paruh baya yang dipanggil 'Bulek' itu segera menyiapkan pesanan Bunga.
"Bunga!" Bunga segera menoleh saat mendegar namanya dipanggil oleh suara khas seorang wanita. Ia menoleh kebelakang dan mendapati sosok gadis bersurai pirang ada tepat dibelakangnya.
"Li-Liyan."
"Mana Raffi!? Dimana lo sembunyiin Raffi hah?!" Tanyanya, suaranya naik dua oktaf membuat Bunga menaikkan sebelah alisnnya.
"Raff-"
"Cewek kayak lo itu gak pantas tau gak buat Raffi! Seharusnya yang sama Raffi itu gue! Cuma Liyandra Zelena yang boleh sama Raffi!" Ucapnya kepada Bunga. Bunga sama sekali tidak membalasnya, gadis itu lebih memilih membayar batagornya dan pergi dari sana. Tapi tangan Liyan menahan tangannya, mencekalnya dengan kuat sampai Bunga meringis.
"Gue bakal dapatin apa yang gue mau." Ucap Liyan. Nadanya sudah lebih tenang dari yang sebelumnya.
"Mati lo cewek murahan!"
'TIINNNNN!'
'BRUK!'
'Awhh'
"BUNGA!!!!"
B e r s a m b u n g . . .
Wawww, suara siapa tuu pas diakhirrr:) gantung deh kaka utor:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressive Love [TAHAP REVISI]
Fiksi Remaja[Belum Direvisi] Raffi Nugraha seorang anak baru di SMA Jaya Bhakti, terkenal sebagai playboy ganteng kelas kakap dan berandalan yang sering pindah-pindah sekolah. Cowok itu sempurna bagi semua orang, tapi tidak bagi Bunga. Bagi Bunga cowok itu hany...