49

3K 160 0
                                    

****
"R-raffi," ucap Bunga terkejut, mata coklat tuanya nampak menelisik raut wajah Raffi yang nampak heran. "Ngapain disini? Sama siapa?" Tanya Raffi, Bunga tersadar dari aktivitasnya, ia sedikit gelagapan. Detik berikutnya ia mencoba menetralisir rasa gugupnya.

Merasa tidak ada jawaban, Raffi menepuk pundak gadis bersurai hitam legam itu. "Hey, dengar gak?" Lagi-lagi suara itu terdengar mengalun indah bagai syair di telinga Bunga. Namun ia mulai tersadar dan kembali menampilkan wajah datar.

"Ya gue beli minum lah, gak liat?" Balas Bunga dengan nada sarkas. Raffi sedikit tersentak, memang ada yang berbeda dari pacarnya itu. "Lo marah sama gue?" Tanyanya to the point, Bunga sama sekali tidak berniat membalasnya ia sedikit berjalan maju sambil mendorong pelan bahu Raffi, namun lelaki itu menahan tangannya.

"Lepasin!" Kata Bunga, raut wajahnya seperti ingin menangis. Raffi menyadari itu ia lalu melepaskan tangannya yang mencekal tangan Bunga. Ia menangkup kedua pipi gadis itu, sambil menatap matanya dalam.

"Lo pasti ngeliat gue dikantin sama Finara? Gue minta maap, Bung. Lo salah paham," jelas Raffi, Bunga berontak dari posisi mereka saat ini. "Salah paham apanya?" Tanya Bunga, sembari berjalan ke kasir membayar minumannya.

"Percaya deh sama gue itu salah paham."

"Terserah lo."

"Gue bisa jelasin." Ucap Raffi lagi. Bunga menghela nafas panjang, lama-lama ia tidak tega melihat lelaki di depannya ini memohon dengan raut wajahnya yang begitu menyedihkan.

Bunga memegang tangan Raffi yang ada dipipinya. "Iya gue percaya sama lo." Ucapnya, Raffi tersenyum, ia memeluk Bunga.

Bunga membelalakan matanya terkejut. Ingatkan Raffi mereka masih ada di depan indomarket saat ini. "Ekhemm!" Deheman Nissa mengejutkan Raffi, ia langsung melepas pelukkannya. "Sosor teros anak orang," sindir Novita,membuat Raffi terkekeh.

"Oh jadi ini yang bikin Bunga hilang dari peredaran." Ujar Selvina sambil sedikit terkekeh.

"Khilaf, Bang." balas Raffi.

"Yaudah kalo kalian mau beduan dulu, kita duluan Bung!" Ucap Astrit. Mereka lalu pergi meninggalkan area parkir indomarket. "Jangan lupa anterin Bunga ke rumah Astrit dengan selamat sehat wal afiat." Kata Riska, Raffi hanya mengangguk.

"Jangan macam-macam lo sama anak orang." Riri mewanti, gadis itu lalu mengikuti teman-temannya pergi dari sana.

"Hati-hati beduaan ntar yang ketiganya setan." Ucap Anggun sambil tertawa.

***

Raffi menggenggam tangan Bunga dengan erat saat mereka berjalan menyusuri taman malam itu. Taman yang ada di komplek perumahan Raffi malam ini tak begitu ramai, Bunga tersenyum saat melihat bulan yang ada di langit malam.

Setelah beberapa menit mengitari taman akhirnya Bunga dan Raffi duduk di salah satu kursi taman.

"Bunga.." panggil Raffi, sambil menatap Bunga. "Apa?"

"Gue mau kasih ini ke lo," ujarnya sambil menunjukan sebuah kalung emas putih dengan liontin bulan sabit. "Wow, ini cantik banget." Komentar Bunga sambil menatap kalung itu penuh minat. "Yaa mirip lo. Cantik."

"Idih gombal. Bapaknya bisa aja nih."

"Mau gue bantu pasang?" Tawar Raffi, Bunga mengangguk.

Ia lalu memasang kalung itu di leher putih Bunga. "Gue cinta lo, jangan marah sama gue kayak tadi ya, gue minta maaf." Ujar Raffi, ia lalu kembali memeluk Bunga.

"Ya aku juga."

"Wah, kayaknya bagus tuh kalo kita ubah gaya ngomong jadi aku-kamu."

"Masa sih?" Bunga membeo . "Iya sayang," ucap Raffi sambil tersenyum tipis. Raffi menatap penuh minat wajah Bunga yang sedikit memerah. Ia menggeleng tak menyangka Bunga akan benar-benar menjadi miliknya, mengingat gadis itu sejak awal jauh dari tipe seorang playboy mesum dan brandal sekolah seperti Raffi Nugraha.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang