*Sebelum baca gamau ucapin selamat ulang tahun dulu nih buat author??😁😁
***
Siang itu Bunga mengunjungi Perpustakan bersama Riska dan Astrit untuk mencari buku yang berkaitan dengan pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Mengelilingi perpustakaan SMA Jaya Bhakti memang melelahkan, karena luas Perpustakaannya tidak bisa dibilang kecil, tapi Bunga tidak merasa begitu karena mata pelajaran Ekonomi adalah salah satu mata pelajaran favorit-nya.
"Lu udah dapat, Ris?" Tanya Astrit, pada Riska yang sedang menjelajahi rak buku di pojok ruangan. "Belum nih." Balas Riska, lalu kembali fokus untuk mencari buku.
"Lu, Bung?"
"Udah," balas Bunga, ia lalu menuju pihak penjaga Perpustakaan untuk mendaftarkan namanya di jurnal peminjaman buku.
"Lah?! Kok cepet amat? Gue belum nemu nih." Keluh Astrit.
"Cari yang bener ah." Ucap Riska, gadis itu sepertinya juga telah menemukan bukunya.
Astrit mengangguk, ia kembali meneliti judul-judul buku yang terdapat di rak perpustakaan, beberapa menit kemudian ia menemukannya. Dan ia bersorak senang.
Usai meminjam buku di perpustakaan, Bunga, Astrit serta Riska memutuskan kembali ke kelas. Tapi di koridor kelas 11 MIPA 4 Bunga tidak sengaja bersenggolan dengan Zeland.
Bunga terkejut, reflek ia mengucapkan maaf pada Zeland karena merasa ia duluan yang menyenggolnya. Zeland dengan senyum manisnya tentu saja memaafkannya.
Bunga menatap Zeland yang sedang tersenyum lebar, sepertinya Bunga salah menilai pemuda ini. Dia pemuda baik, tidak seburuk yang dipikirkan Bunga di awal.
"Yaudah, gue cabut ya." Ucap Zeland, Bunga mengangguk, ia memperhatikan apa yang sedari tadi di bawa Zeland. Ya? Itu sebuah gitar. Bunga menarik satu kesimpulan lagi, bahwa Zeland adalah penyuka musik.
****
Pelajaran terakhir selesai.
Bunga melihat Novita membereskan peralatan sekolahnya.
Alisnya bertaut bingung, ia sama sekali tidak bertemu Raffi hari ini. Bahkan Husein, Anggi dan Rendy pun tidak ada di kelas.
'Apa mereka bolos?' Bunga membatin.
Sejak kemarin sikap Raffi padanya aneh. Ada sesuatu yang seperti mengganjal dihatinya. Ia tidak suka Raffi cuek padanya. Tapi kenapa Raffi tiba-tiba cuek? Apakah dia punya salah?
Bunga menarik nafasnya panjang, lalu membereskan peralatan belajarnya untuk segera pulang.
Setelah Riska selesai memimpin doa pulang, semua siswa keluar kelas. Bunga berjalan beriringan bersama Novita, Riska dan Nissa untuk sama-sama menuju gerbang.
"Bung? Gue kaga ada ngeliat Raffi? Dia bolos." Tanya Nissa, Bunga hanya menarik bahunya ke atas, berusaha untuk tidak perduli. "Lagi ada masalah ya." Tanya Riska.
Bunga sedikit mengumpat dalam hati, mengapa ia punya teman yang sepertinya bisa membaca pikiran? Sial! Sejujurnya ia belum mau cerita.
"Nanti gue ceritain." Hanya itu yang dikatakan Bunga, ketiga temannya itu mengangguk.
Tidak mungkin untuk memaksa Bunga bercerita, karena pada akhirnya mingkin tidak akan baik.
"Eh Bung, itu Raffi tuh!" Tunjuk Novita ke arah gerbang.
"Mana?" Tanya Bunga, sambil melihat ke arah yang ditunjuk Novita.
Benar saja, di depan gerbang terlihat ada Raffi yang duduk di motor Sport-nya. Sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku jaket Supreme putih miliknya.
Dengan santai Bunga berjalan melewati Raffi.
"Mau kemana?" Tanya Raffi, suaranya nampak berat, dan datar. Bunga mengerutkan dahinya. Ia tidak suka nada suara Raffi yang menurutnya judes.
"Pulang." Balas Bunga, singkat, jelas dan padat. Ia lalu melangkah meninggalkan Raffi. Namun belum ada tiga langkah, Raffi menarik tangan Bunga. Membuatnya tercekat.
"Pulang sama gue. Naik cepetan." Raffi berujar, setelah itu memasang helm-nya. Dengan bibir mengerucut Bunga menaiki motor Raffi.
"Pegangan."
"Iya, bawel." Balas Bunga sebal. Setelah itu ia mencengkram tali tas Raffi. Ya? Sepertinya pemuda itu bolos hari ini.
Motor itu lalu berjalan dengan kecepatan normal, sama sekali tidak ada pembicaraan diantara Bunga dan Raffi. Raffi pun sepertinya tidak berniat membuka topik.
Bunga menggerutu dalam hati. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk berbicara.
"Kita mau kemana?" Tanya Bunga. Ia mulai menyadari Raffi tidak melalui jalan ke arah rumahnya.
"Diem, pegangan aja yang kuat." Balas Raffi, lagi-lagi Bunga mengerucutkan bibirnya.
Hingga sampailah mereka di tepi jalan. Bunga menautkan alisnya bingung. Raffi tidak bermaksud menurunkannya di pinggir jalan kan?
"Ngapain kita disini?" Tanya Bunga, tidak ada balasan dari Raffi, ia malah menarik tangan Bunga menuju gerobak penjual siomay yang ada di pinggir jalan tersebut.
"Kang, siomay-nya dua porsi." Ucap Raffi, lalu kembali menarik tangan Bunga untuk duduk di kursi yang menghadap kearahnya.
Bunga sedikit meringis, walapun Raffi tidak menariknya dengan kasar. Tapi ia tetap saja kesal.
"Eumhh, lo marah sama gue ya, Raff?"
"Menurut lu?" Balas Raffi judes. Bunga meneguk air liurnya.
"Tapi salah gue apa?"
"..."
"Raff!"
Masih tidak ada jawaban.
Bunga menghembuskan nafasnya panjang.
"Gue pulang aja ya." Ujarnya pelan. Ia kemudian bangkit dari duduknya, dan melangkahkan kakinya kemudian menjauh dari Raffi.
Raffi sama sekali tidak bergeming. Ia tetap diam di kursinya masih mencoba melawan egonya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Raffi akhirnya memutuskan untuk bangun dan mengejar Bunga, yang terlihat sedang berada di tepi jalan untuk menyebrang. "Bung, tunggu!" Ucapnya sambil menarik tangan Bunga.
"Kenapa lagi?" Balas Bunga kesal, Raffi tersenyum mengejek.
Dengan kesal, Bunga menginjak kaki Raffi dengan sepatu Converse-nya. Membuat pemuda itu meringis.
"Awh, awh sakit beb." Ucap Raffi, Bunga mengerucutkan bibirnya, lagi.
"Lo nyebelin tau ga!"
Mendengar penuturan Bunga, Raffi menahan tawanya. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Bunga untuk membisikkan sesuatu, membuat gadis itu memejamkan matanya.
"I'm angry, but I still love you."
B e r s a m b u n g. . .
Whats up qmack, awthor dah up nih, kuy baca jgn lupa vote dan comen-nya ya😂
#ciedigantungin😂
Buat yg mau masuk Grup Chat CPDKC link-nya ada di bio gw yahhh😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressive Love [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Belum Direvisi] Raffi Nugraha seorang anak baru di SMA Jaya Bhakti, terkenal sebagai playboy ganteng kelas kakap dan berandalan yang sering pindah-pindah sekolah. Cowok itu sempurna bagi semua orang, tapi tidak bagi Bunga. Bagi Bunga cowok itu hany...