8

49.1K 1.2K 21
                                    

"Dan iya, mulai detik ini lu jadi pacar gue. Kaga usah nunggu sampai tanding basket." Ucap Raffi enteng.


Lagi-lagi Bunga menganga dengan tidak elite-nya.

Bunga POV

Aku sukses tercengang dengan perkataan Raffi barusan. Oh ayolah, aku suka lelaki romantis kayak di film-film yang kutonton. Bukan lelaki seperti Raffi yang tidak suka basa-basi, dan sangat to the point.

Thor, jodohin gue ama Lee Min Hoo aja, jangan ama dia thor. Tega lu ya.

"Kaga." Balasku datar.

Dia mencekal tanganku dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Arrrgh sialan, dia terlihat sangat... errrr... tampan dari dekat. Perhatikan saja rahangnya yang kokoh, dan hidungnya yang agak mancung.

Benar-benar menggoda iman setiap wanita -_-

"Gue paling benci sama yang namanya pe-no-la-kan." Katanya disertai dengan penekanan pada akhir kata.

"Dan gue paling benci sama yang namanya pe-mak-sa-an." Balasku mengikuti kata-katanya.

Tunggu, sejak kapan aku manjadi seorang pembangkang.

Dia mengerutkan alisnya kesal, kemudian melepaskan tanganku. "Okay, I don't care. Lu bakal tetap jadi pacar gue apapun yang terjadi."

"Sekarang ke kelas sana, dan ingat jalannya jangan senyum-senyum." Usirnya padaku dengan sangat-sangat halus.

Akupun pergi ke kelas tanpa senyum seperti yang diperintahkan oleh Raffi tadi. Aku sama sekali tidak Perduli dengan dia yang memaksaku menjadi pacarnya atau apapun, yang pasti sekarang mood-ku sudah benar-benar hancur gara-gara dia.

Saat aku sampai dikelas, ternyata kelas sudah rame. Aku segara menghampiri satu meja yang emang jadi primadona buat nongkrong sambil ngobrol-ngobrol. Disana Nissa sudah menatapku dengan mengintimidasi.

Entah apa salah dan dosaku..

"Sendirian Bung?" Tanya Liya mengintrogasiku.

"Udah duduk lu." Perintah Astrit dengan datar.

Aku habis maling ayam kah ditanyain kek gini?

End Bunga POV

****

Rendy dan Anggito datang ke taman belakang, tempat yang biasa digunakan para berandalan sekolah nongkrong dan disana ia melihat Husein dan Raffi sedang merokok.

Bukan hal yang mengejutkan, oke.

Tapi yang membuat heran adalah wajah Raffi yang sangat berantakan hari ini. Kusut dan sangat kumal kaya baju yang kaga pernah disetrika.

"Lu nape, Raff?" Tanya Rendy sambil memantikkan api pada rokoknya.

Raffi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tanpa menjawab pertanyaan Rendy, dia kembali menyesap rokoknya.

"Udah lu kasih tu bunga ama coklat, ke dia?" Tanya Rendy lagi. Raffi menatap bunga mawar dan coklat ditangannya.

Dan Raffi tersenyum.

"Belum." Balasnya singkat.

"Emamg siapa, bek?" Tanya Anggito pada Rendy yang di balas dangan gelengan kepala tanda tidak tau.

Husein membuang rokoknya yang sudah habis.

"Tumben-tumbenan lu pake beginian, biasanya cewe yang lu deketin di kasih kon*om juga langsung bertindak." Kata Husein, dibalas tatapan tajam dari Raffi.

Oh, itu terlalu frontal Husein..

Raffi POV

Gue bingung sendiri deh, kenapa gue selalu senyum-senyum kalo ngeliatin Bunga. Gue ngerasa senyum dia itu bagaikan candu yang bikin gue ngerasa kuat setiap harinya.

Dan gue pasti gila kalau berfikir gue suka ama dia. Ceh, body tepos kek gitu, mana sesuai tipe gue

Tepos tapi lu liatin aja mulu-_-

Bacod ah lu thor.

"Eh, gue otw kaga jomblo nih." Kata Rendy. Ceilah gue denger dari smp lu PDKT gagal mulu.

"Ah udah ah, gue mau ke kelas." Kata gue sambil buang rokok tadi ke sembarang tempat. "Nih, makan aja." Lalu melemparkan bunga mawar dan coklat tadi kepada Rendy.

****

Sampai di kelas lagi-lagi gue curi-curi pandang ke Bunga yang lagi duduk di bangkunya sambil megang sebuah buku. Gue nengok kanan kiri lagi, dan Alhamdulilah Nissa ama Selvina kaga ada.

Gue pun menghampiri dia yang lagi konsentrasi baca buku Novel.

"Bung."

"Hnn." Balas dia dengan bergumam.

Gue mengambil tempat duduk di sebelah dia.

"Lu lagi ngapain?"

"Lo kaga liat?" Dia balik bertanya demgan nada yang nyebelin.

"Ya, lagi baca buku." Kata gue. "Btw itu buku apa?"

Gue ngeliat sampul depan bukunya yang berjudul 'It's No Secret.'

"Buku novel, novelnya menurut gue rame banget. Kisah cinta antara dua orang sahabat yang salamanya gak akan pernah bisa bersatu. Karena waktu, nggak pernah ngizinin mereka..."

Gue terus memperlihatkan seluruh inchi muka dia, yang cantik dan bercahaya. Gue rasa orang yang bakal milikin lu nanti itu orang yang paling beruntung. Karena dia pasti bisa ngeliat bidadari setiap hari.

Dan yang beruntung itu gue.

Astatang!.. dari tadi gue ngomong apaan coba? Kok jadi gaje gini? Rasanya tadi gue kaga minum Pil PCC.

"...Dan suatu hari takdir benar-benar menguji cinta mereka dengan hal yang berat. Rachel dibunuh saat-"

"Stttt." Gue motong perkataan dia, dangan jari telunjuk gue yang sekarang tepat berada di bibirnya. "Lu gak cape ya ngomong terus?" Tanya gue.

"Gini aja, gue pinjem aja bukunya, buat di baca. Dan lu gak usah nyeritaain lagi."

Degh!

Jantung gue ya lord... sumpah kok gue gak bisa ngelepas tatapan gue dari mata dia. Dan mata itu seolah-olah menarik gue sampai ke dasarnya.


B e r s a m b u n g...

Jangan lupa vote dan comment-nya ya guys..

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang