67

4.8K 187 15
                                    

***
Apa kamu pernah merasa sangat bahagia, sampai rasanya begitu takut dibuat kecewa?

Perasaan itulah yang pernah dirasakan seorang Bunga Glory Anasti. Gadis cantik bermata coklat tua meneduhkan. Gadis yang dengan bodohnya menyiksa diri sendiri selama satu setengah tahun hanya karena muak dengan perasaan cemburu.

Gadis itu sadar telah jatuh cinta begitu dalam pada seorang playboy kelas kakap. Ia jatuh pada pesona menyebalkan seorang Raffi Nugraha. Cowok pemaksa dan posesif. Tapi akhirnya gadis itu sadar ia benar-benar tidak bisa hidup tanpa Raffi. Gadis itu sadar ia akan benar-benar menyesal ketika suatu hari nanti Raffi akan bahagia dan itu tidak bersamanya.

Gadis itu sadar ia ingin melewati semuanya bersama Raffi. Suka dan duka kehidupan yang tak selamanya baik. Ia ingin menjadi wanita yang ada di belakang kesukesan pria itu suatu hari. Melewati semua dengan sudut pandang yang berbeda.

Dan akhirnya gadis itu ada disini, bersama Raffi melewati harinya tanpa status apapun. Tidak masalah, Bunga sudah banyak belajar dengan yang namanya kepercayaan.

Dia memang tidak bisa merubah Raffi, karena Raffi sudah berubah untuknya ketika lelaki itu mencintainya. Raffi sangat mencintai Bunga, terpancar jelas dimatanya .

Meski tidak ada satupun hal yang dapat membuatnya bertahan pada kepercayaannya, ia tetap percaya. Gadis itu tetap ingin percaya pada Raffi. Apapun konsekuensinya.

"Nih cincin kamu," ucap Raffi lembut sambil memberikan Bunga sebuah cincin. Cincin yang di berikan mama Raffi padanya, cincin itu yang di kembalikannya pada pemilik asli setelah ia mengatakan putus pada Raffi satu setengah tahun lalu.

"Mamah marah banget sama aku waktu dia tau kita putus."

Bunga terkekeh, "buat apa masih aku pake itu kalo kita gada hubungan apapun." Ucap Bunga.

"Iya iya dasar kepala batu."

Bunga tertawa, ia lalu melanjutkan jalannya bersama Raffi mengitari sekeliling karnaval itu. Raffi mengajaknya ke karnaval itu karena besok ia sudah akan pergi ke luar negri, melanjutkan pendidikannya.

Bunga tidak melarang Raffi pergi, ia tidak ingin menjadi orang egois dengan melarang pendidikan seseorang. Ia percaya pada Raffi, lelaki itu berjanji akan dengan cepat menyelesaikan pendidikannya dan melamar Bunga. Bunga berfikir itu hanya lelucon omong kosong, tapi Raffi lagi-lagi selalu meyakinkannya bahwa itu serius.

Dan tentang Renata, gadis itu saat ini tengah menjalin hubungan dengan Zeland. Kemarin gadis bersurai hitam kemerehan itu mendatanginya bersama Zeland untuk meminta maaf. Dia memang suka pada Raffi sejak awal bertemu, tapi perlahan-perlahan Raffi baginya adalah sebuah ketidakmungkinan. Gadis itu sadar Raffi terlalu sulit di gapai karena cintanya begitu besar pada Bunga.

Jadi tatapan Raffi pada Renata tempo hari saat prom night itu hanyalah persepsi Bunga, yang ternyata salah.

"Jangan senyum-senyum terus, liat tuh para buaya ngeliatin kamu terus." Ujar Raffi sambil memeluk pinggang Bunga posesif. Mata hitamnya menatap segerombolan laki-laki yang sedang berkumpul di kedai kopi.

Bunga hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah posesif Raffi. Sedari tadi lelaki di sebelahnya ini terus melarangnya melakukan ini dan itu.

"Nanti kalo aku pergi jangan suka ngeliatin cowok lain ya! Aku udah kirim semua foto aku, kalo kangen tinggal liat aja fotonya, kalo gak VC aja."

"Jangan pake baju-baju seksi juga."

Bunga memutar matanya jenuh, "kalo gak lupa." ucap Bunga sekenanya. Gadis itu langsung mendapat tatapan tajam dari Raffi. "Aku serius."

"Iya," balas Bunga sambil mengangguk lemah.

Raffi tersenyum sumringah, "aku bakal kangen banget pastinya sama kamu." Lirih Raffi. Sambil memeluk leher Bunga,

"Makanya nanti sekolahnya yang benar," balas Bunga sambil menepuk pipi Raffi pelan. Ia merasakan deru nafas Raffi di lehernya.

"Jangan nafas di leher, geli tau!" Gerutu Bunga. "Bilang aja sange, iya kan?" Goda Raffi.

"Enak aja, mesum banget sih!"

Raffi terkekeh. "Orang yang mesum ini kan yang kamu nangisin gara-gara diduga meninggal." Ucap Raffi lagi-lagi menggoda Bunga.

Pipi Bunga memerah. Ia menatap Raffi yang tertawa karena berhasil menjahilinya.

Mereka dua orang yang akan saling berpisah. Akan saling merindu. Akan saling mendoakan. Dimanapun kalian berada, tetaplah bahagia walaupun tak saling bersama. Kelak kalian memang akan saling mengingat momen-momen seperti ini. Mungkin saja orangnya berubah, tapi kenangannya tidak akan pernah berubah, kan?

***
Raffi menatap teduh Bunga yang sedang berjalan di sampingnya. Gadis itu sekarang terlihat sangat cantik. Ia pasti akan sangat merindukan gadis itu, pasti. Satu setengah tahun lamanya ia hanya bisa melihat gadis itu dari jauh setelah menyakitinya. Tidak pernah mudah rasanya. Tapi ia sudah membuktikannya selama ini, selama satu setengah tahun ini Raffi benar-benar telah berubah menjadi orang yang baik. Demi Bunga.

Dia bahkan mendatangi rumah Ryano di tengah malam untuk minta di ajarkan pelajaran matematika, karena kelasnya besok akan melakukan ulangan harian.

Dan tidak ada perjuangan yang sia-sia.

Raffi lulus dengan memasuki peringkat 10 besar. Meski hanya menduduki peringkat ke-7, lelaki itu sudah banyak merubah sikap dan perilaku buruknya. Bu Ayna bahkan melongo dengan tidak elitnya saat melihat Raffi mengambil bagian tugas upacara menjadi komandan.

"Kalo kamu cantik gitu aku pasti bakal susah perginya." Ucap Raffi sambil mengerucutkan bibirnya.

Kedua muda-mudi itu saat ini sedang berada di bandara. Bunga tengah mengantar Raffi yang akan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan kuliahnya.

"Aku anggap itu pujian ya," Balas Bunga sambil terkekeh.

Raffi tertawa, lelaki itu nampak menyeret pelan kopernya sambil berjalan. Ia menatap wajah Bunga dalam, ia pasti akan sangat merindukan gadis itu. "Ingat ya, jangan deket-deket cowok lain."

"Kamu tuh, kan disana pasti banyak cewek cantik!"

"Ga bakal, biarpun banyak cewek cantik gada yang secantik kamu kok."

Bunga memukul pelan bahu Raffi, "dasar gombal."

Raffi meringis pelan, ia menatap wajah putih Bunga yang nampak bersemu. "Ingat ya, tunggu aku." Ucap Raffi sambil menangkup pipi Bunga. Perasaannya tiba-tiba menjadi melankolis mengingat ia akan berpisah lama dengan gadis kesayangannya itu.

Bunga tersenyum melepas tangan Raffi yang ada di pipinya. Gadis itu lalu terkekeh, mengingat keegoisannya selama ini.

"Udah sana kamu berangkat, nanti ketinggalan lagi." Suruh Bunga.

Raffi mengangguk sebelum lelaki itu mengecup lembut kening Bunga. Lelaki itu akhirnya berjalan meninggalkan Bunga yang sedang tersenyum lebar padanya sambil melambaikan tangannya.

"Tunggu aku lagi disini! Aku cinta kamu!" Teriak Raffi.

Bunga lagi-lagi terkekeh mendengarnya, gadis bersurai hitam sudah tidak mampu berkata-kata lagi, ia mati-matian menahan air matanya.

"Aku juga cinta kamu."

T A M A T

Beneran ini gak boong T_T.. yey uda tamat.. ga nyangka banget endnya bisa begini yawloh.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang