***
"Yaa Allah maafin Raffi, Raffi belum banyak sholat selama ini. Tolong jangan kiamat dulu yaa Allah."Hancur sudah image Raffi dimata Bunga dan tentunya seluruh readers cpdkc. Image yang sudah dijaga sejak jaman batu kini hancur lebur menjadi satu, hanya gara-gara mati lampu. Bunga mendecih tak percaya, seorang berandalan sekolah yang terkenal sebagai playboy mesum itu takut film horror dan takut kegelapan. Mau ditaruh mana wajahmu itu, Raff? Asphal?
"Ihhh Raffi! Apaan sih! Cuma mati lampu gitu gausah lebay dehh." Ucap Bunga sambil memukul pelan bahu Raffi yang saat ini tengah memeluknya.
Namun Raffi seolah tak mendengarnya, lelaki itu terus menggumamkan doa-doa sejak tadi. Dari doa makan sampai mau tidur. Bunga menggelengkan kepalanya. Dasar Raffi penakut! Geramnya.
Jakarta saat ini dilanda hujan deras disertai suara guntur dan petir yang menggelegar. Salah satu penyebab dari padamnya listrik mungkin adalah hujan saat ini yang begitu deras.
Sedari tadi Bunga meraba-raba meja di depannya mencoba mencari ponselnya, tapi karena eratnya Raffi memeluknya gadis itu jadi susah melakukan pergerakan berskala besar. "Raff! Lepasin dulu ah, aku mau cari hape nih." Ucap Bunga.
Raffi sekarang sudah lebih tenang, ia tidak lagi merapalkan doa-doa ngawur itu. "Gamau, Bung! Tetep disni jangan tinggalin gue." Ucapnya, Bunga mencebikkan bibir, sambil terus meraba seluruh permukaan meja.
Eureka!
Akhirnya gadis itu mendapatkan ponselnya. Segera saja ia menyalakan senter dan mengarahkannya pada wajah Raffi. Bunga terkekeh sambil menggelengkan kepalanya saat melihat Raffi yang memejamkan matanya takut sambil memeluk erat bahu gadis itu. "Woe jangan peluk lama-lama ah, ini tangan masih nyeri habis jatoh." Peringat Bunga. Raffi perlahan mengendurkan pelukkannya, mata hitamnya menatap Bunga yang sedang menyinari dirinya dengan cahaya senter.
Bunga menatapa Raffi sambil tertawa nyaring. "Buahahaha, berandalan sekolah takut gelap? Mau di taro dimana tuh muka hah?" Ucap Bunga membuat Raffi mengerucutkan bibirnya.
"Engga, aku gak takut. Orang tadi cuma modus." Bohongnya. "Inggi, iki gik tikit. Iring tidi cimi midis." Ejek Bunga. Raffi mencebikkan bibirnya. Lagian mana ada sih orang modus yang panik sambil baca-baca doa.
"Yaudah ayok cari lilin." Ajak Bunga sambil beranjak berdiri. Raffi dengan segera memegang tangan Bunga. "Jalannya bener-bener jangan sampai jatoh." Ucap Raffi beralasan.
Bunga berjalan sambil memegang senter, diikuti Raffi yang memegang tangan kirinya. Kedua sejoli itu berjalan menuju dapur untuk mencari lilin.
"Nih tolong senterin dulu, aku mau cari koreknya." Ucap Bunga sambil memberikan ponselnya pada Raffi. Raffi mengangguk lalu menuruti perintah gadis itu.
Bunga terlihat membuka semua laci kabinet dapur untuk mencari korek. Gadis bersurai hitam itu nampak sedikit kesulitan karena tangan kirinya masih terasa nyeri. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Bunga menemukannya, dengan segera gadis itu menyalakan lilin-lilin yang memang tersedia disetiap ruangan.
"Udah nih, yok keatas." Ajak Bunga pada Raffi yang masih setia menggenggam tangan Bunga sejak gadis itu selesai menghidupkan semua lilin. Raffi mengangguk.
Kedua sejoli itu lantas menaiki tangga, dan bertemu dengan mommy Bunga di tangga teratas. Khalita terlihat masih menggunakan mukena dan memegang senter ponsel. Wanita berumur 39 itu sepertinya baru saja selesai melakukan ibadah sholatnya.
"Udah kalian nyalakan lilin di bawah?" Tanya Khalita pada Bunga dan Raffi. Bunga mengangguk.
"Udah, tan." Jawab Raffi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impressive Love [TAHAP REVISI]
Ficção Adolescente[Belum Direvisi] Raffi Nugraha seorang anak baru di SMA Jaya Bhakti, terkenal sebagai playboy ganteng kelas kakap dan berandalan yang sering pindah-pindah sekolah. Cowok itu sempurna bagi semua orang, tapi tidak bagi Bunga. Bagi Bunga cowok itu hany...