53

2.8K 153 4
                                    

Jam 20:45 waktu setempat.

Bunga membuka pagar rumahnya masih dengan perasaan campur aduk. Gadis bersurai panjang itu berhasil sampai rumah dengan susah payah mencari taksi malam-malam begini. Ia menghela nafas untuk kesekian kalinya, saat berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, tentunya setelah memberi salam pada mommy-nya yang sedang asik menonton drama Korea di ruang keluarga.

"Mom, Bunga langsung ke kamar ya." Ucap Bunga. Mommy-nya itu sama sekali tidak menoleh, wanita yang masih nampak cantik di usianya sudah yang ke-39 tahun itu, nampak asik menyaksikan aktor Korea kesayangannya beraksi di layar kaca televisi.

"Iya, udah sana ke kamar." Balas Khalita sambil memakan popcorn di mangkok kaca yang dipegangnya. Bunga mengangguk ia kembali berjalan menaiki tangga.

'Ceklek.'

Bunga memasuki kamarnya yang terlihat gelap gulita, setelah menyalakan lampu gadis itu membuka tas selelempang kecil untuk mengambil ponselnya.

Alisnya bertaut heran saat melihat ada 2 panggilan tak terjawab dari Raffi 10 menit lalu. Ia memutuskan untuk menelfon balik Raffi. "Ha-hallo, kenapa?" Tanya Bunga, gadis itu menahan nyeri dihatinya saat mendengar suara Liyan di sambungan telpon.

'Gak pa-pa, kamu udah pulang?'

"Udah baru aja."

'Ish, Raff! Cepetan pindah filmnya.' Itu suara Liyan, Bunga menahan nafasnya. Ini terlalu menyesakkan. 'Pindah ah sendiri,'

"Aku tutup ya, aku cape."

'Tut.'

Bunga menutup mulutnya saat air matanya mengalir begitu saja. Ia menghempaskan ponselnya ke sisi kiri ranjang dan menyelimuti dirinya sendiri, menahan isakkannya. Berkali-kali gadis itu menghapus air matanya, tapi lagi dan lagi air mata itu mengalir tanpa di komando. Seharusnya ia tidak boleh lemah begini, mengingat Liyan adalah sahabat kecil Raffi. Ia tidak boleh egois, tapi kenapa rasanya sakit? Semua kata-kata yang Liyan ucapkan pada Bunga entah kenapa terasa bagai duri yang bisa menusuk. Cewek mana sih yang gak bakal cemburu?

Bunga menghapus air matanya, ia menyibak selimutnya dan berjalan menghampiri kaca meja rias. Gadis yang memiliki iris coklat tua itu menatap pantulan dirinya sendiri. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu terlihat menyedihkan ia bahkan mencaci maki banyangannya sendiri.

"Udah cukup lo jadi cewek lemah. Lo gak boleh jadi cewek yang cuma bisa bikin susah orang lain!" Ucapnya sambil menghapus air matanya. "Semua akan baik-baik aja, oke Bung?"

***

Bunga berjalan bersama teman-temannya menuju kantin. Di lapangan lagi-lagi ia melihat Raffi sedang berlatih basket bersama timnya. Lelaki itu latihan setiap hari selama 3 hari ini untuk persiapan tanding basket melawan SMA Nusantara.

"Gusyy! Gimana kalo malam ini kita nonton bioskop!" Ajak Riska dengan semangatnya yang berapi-api. "Sekuy! Mumpung malam ini malam minggu." Balas Novita, gadis berlesung pipi itu juga nampak antusias.

"Boleh tuh, dah lama gue gak keluar jalan-jalan." Ucap Nissa, ia menatap Bunga. "Lo ikutan gak, Bung?" Tanyanya.

Bunga tersenyum sambil mengangguk. "Boleh, gue ikutan kalian aja." Ucap Bunga. Mereka semua setuju.

***

Jam 4 sore. Raffi duduk di ruang keluarga rumahnya sambil menemani Liyan menonton film kesukaannya, Ia duduk disana sambil memaikan ponselnya dengan Liyan yang nampak duduk bersandar di bahunya. "Raff! Temenin gue nonton bioskop yaa." Ajak Liyan, Raffi bergeming. Ia nampak masih asik bermain ponselnya.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang