5

63.1K 1.5K 4
                                    

Setelah bel istirahat berbunyi lima orang perempuan langsung bergegas menuju kantin dan langsung duduk santai di satu meja kantin tersebut, menikmati makanan masing-masing sambil berbincang.

"Eh Bung, lo seriusan ngeliat Raffi mau cipokan?" Tanya Riska penuh antusiasme. Riska cewek berkulit putih ini adalah salah satu penggemar drakor tak ayal ia suka antusias jika membicarakan perihal ciuman. Memang mesum.

Bunga mengerutkan alisnya bingung. Ia nampak berfikir sampai beberapa detik. "Oh yang tadi, iya beneran gue liat tapi sih belum kesentuh abisnya gue lari duluan." Ujarnya sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Gimana gaya cipokan?" Riska semakin antusias. Teman-temannya hanya geleng-geleng kepala karena kemesuman gadis bersurai cokelat itu. Nissa bahkan jengah sendiri langsung menutup telinganya dari pembicaraan sahabatnya yang termasuk kategori laknat.

"Kan gue udー"

"Ris gebetah lu noh." Tunjuk Selvina membuat Riska secepat kilat menoleh.

Disana tepatnya di dekat tangga Aula dua nampak ada seorang lelaki yang ternyata adalah gebetan Riska. Uluh-uluh gantengannya babang Rayno gue. Gumamnya dalam hati.

"Gila lo senyum-senyum sendiri." Sindir Nissa, ia menatap tajam pada Riska, sahabatnya itu memang sedikit gesrek jika menyangkut lelaki tampan alias cogan. Bazeng emang, Riska bahkan pernah nyaris menculiknya ke suatu tempat hanya karena ia melihat sesosok lelaki tampan dan mengikutinya sehingga mereka sampai dirumah saat hari sudah gelap.

"Udah ah, cepetan cabut ke kelas." Kata Liya yang telah menghabiskan semua makanannya. Gadis itu berdiri meski masih menyedot es tehnya.

Mereka berlima lalu kembali ke kelas. Walaupun bel belum berbunyi. Di jalan menuju ke kelas mereka tidak sengaja bertemu Raffi dan kawan-kawan, yang baru saja selesai merokok di atap sekolah. Felix menatap tajam mereka tatkala mencium aroma asap rokok.

Raffi nampak memperhatikan Bunga yang sedang tertawa karena mengobrol bersama Nissa dan Liya. Dan tanpa sengaja lagi-lagi mata hitam malam milik Raffi kembali bertatapan dengan mata coklat tua milik Bunga. Tidak ada sama sekali dorongan dari mereka untuk mengakhiri tatapan itu. Yang ada Raffi malah semakin tersesat pada keindahan yang dipancarkan oleh mata Bunga.

"Heh lo pada!" Panggil Nissa, Raffi terkejut dan berhenti menatap Bunga.

"Sini klean." Suruh Nissa bukan hanya pada Raffi tapi juga pada Anggito, Husein dan Rendy.

Mereka semua menunduk bagaikan seorang tersangka dalam kasus pembunuhan. Aura sorang Zhara Anissa itu memang mengerikan.

"Lo pada tadi lari kan? Ga bantu kita bersih-bersih perpus?" Kata Nissa dengan datar. Husein hanya mengutuk kesalahannya. Ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal

Elah nih cewe napa sih, kaga ada lemah lembutnya ama sekali. Bawaan-nya ngajak berantem mulu. Geram Raffi dalam hati.

"Ya elah udah bersih itu tadi perpusnya." Bela Anggito, Riska membalasnya dengan tatapan tajam nan menusuk.

"Iya iyaa ini kita ke perpus lagi, nih kita beresin satu perpus." Ujar Husein, lagi pula ini salahnya. Salahnya yang membawa teman-temannya bolos, padahal dengan jelas ia mendengar bahwa Bu Adiffa menyuruh mereka membersihkan perpustakaan sebelum kembali ke kelas.

***

Di dalam perpustakaan terlihat Husein, Anggito, Rendy dan Raffi yang sedang membersihkan perpustakaan seperti apa yang dikatakan Husein tadi.

Husein terlihat bersin-bersin saat menyusun buku di rak buku paling ujung. Rak paling ujung berisi buku Ensiklopedia yang paling sedikit dibaca, karena diperpustakaan ini buku Biografi pahlawan lebih disukai dari pada Ensiklopedia.

'Puk' ーBunga dan Nissa kembali dengan satu kardus buku. Ia tersenyum saat melihat Raffi mengunakan serbet di tangannya sedang me-lap kaca jendela. "Lo gantengnya menurut gue pas lagi kayak gitu deh, Raff." Komentar Nissa, Raffi mendengus.

Tumben sekali cewek bar-bar itu memujinya meski masih dengan kata-kata sindiran yang kentara. "Tumben muji," balas Raffi. Nissa terkekeh. "Mending lo bantuin Bunga nih nyusun buku ini." Balasnya, Raffi segera menoleh ke arah Bunga yang sedang fokus melihat buku-buku di dalam kardus.

"Disini ada buku Biografi sama Ensiklopedia, pas nyusun diliatin dulu labelnya." Ujar Nissa, Raffi dan Bunga mengangguk.

"To, lo ikut gue ke ruang bu Ratna ya ngambil buku lagi." Ujar Nissa pada Anggito yang baru saja selesai meyapu. Pemuda itu segera saja mengangguk, lalu mengikuti langkah Nissa menuju ke ruang guru tempat Bu Ratna.

'Plak' ーBunga memukul tangan Raffi yang sedari tadi mencari kesempatan untuk memegang tangannya, membuat lelaki yang memiliki iris hitam jelaga itu meringis kesakitan.

Raffi mengerucutkan bibirnya sejenak, lalu kembali membantu Bunga menyusun buku-buku tadi ke bagian biografi.

"Sakit tau," gumamnya yang masih terdengar oleh Bunga, gadis itu sedikit tersenyum mendengarnya.

***
"Nih!" Suara Bunga membangunkan Raffi dari lamunannya. Raffi sedikit tersentak ketika gadis itu memberikannya air mineral. "Makanya lain kali gausah bolos." Ucap Bunga lagi, Raffi sedikit terkekeh sambil menggaruk kepalanya.

"Lo ngapain disini? Lo dihukum juga kayak kita?" Tanya Raffi, Bunga menggeleng cepat. "Gue cuma bantuin Riska, dia ga enak badan makanya gue bantuin Nissa beres-beres disini sambil mantau kalian."

"Ohh gitu," ujar Raffi sambil mengangguk. "Btw minumnya makasih, tau aja lo gue lagi haus." Lanjutnya.

"Ya feeling aja." Balas Bunga, "bukan feeling tuh, itu namanya kita jodoh." Kata Raffi, Bunga langsung menatapnya tajam, segera saja mencubit pelan perut lelaki itu sampai ia meringis.

"Pepet tros, Raff!" Sindir Husein yang masih sibuk membersihkan debu-debu dengan kemoncengnya sedari tadi. Bunga dan Raffi sama-sama tertawa.

***
Bunga berjalan bersama Nissa untuk menuju ke kelas, ketika urusan mereka di perpustakaan sudah selesai. Ia berjalan diikuti Husein, Raffi, Anggito dan Rendy melewati lapangan basket. Bunga tersenyum simpul saat melihat tiga orang lelaki sedang men-dribling bola dengan baju yang nampak dibasahi keringat. Mereka adalah Wildan wakil ketua osis, Ryano gebetan Riska dan Rangga.

Rangga adalah sosok yang sudah Bunga kagumi sejak MOS hari pertama. Rangga Indhra Alatas, nama lengkapnya adalah sesok lelaki tampan dan dingin yang klewat jenius. Terbukti dari ia yang selalu menghadiahkan satu piala setiap kali mengikuti Olimpiade.

Tapi kenyataan selalu menohok Bunga lantaran ada kabar angin yang mengatakan bahwa Rangga saat ini sedang menjalin hubungan tak biasa dengan Caline Anastasya kakak kelasnya yang sangat cantik dan modis. Memang sangat jauh-jauh berbeda dengan Bunga.

B e r s a m b u n g ...

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang