65

2.9K 151 8
                                    

Ayo vote dan komennya, aku harap kalian tau bagaimana menghargai karya orang:)🖤

***
Bunga menghela nafas lega saat ia sampai di rumah, ia dan teman-temannya memutuskan pulang sore karena hari tiba-tiba mendung. Gadis itu memejamkan matanya, lalu kembali membukanya untuk melirik jam di dinding yang berada di sebelah lemari baju kamarnya.

'Jam setengah 5.'

Bunga kembali memejamkan matanya, mendengar suara rintik hujan yang begitu menenangkan. Gadis itu selalu mencoba lari, padahal tidak pernah ingin pergi.

Mata itu tidak ada satupun kebohongan disana, tapi gadis bermanik coklat tua itu masih enggan percaya. Ia tidak akan luluh untuk kesekian kalinya pada kata cinta yang terdengar omong kosong. Biarkan saja rasa asing ini mendewasakannya. Ia benar-benar tidak bisa pergi dari pesona keparat itu, jadi lupakan saja.

Pikirannya kembali mengingat perisiwa saat Raffi mengantarnya pulang tadi.

"Apa yang masih lo harapin dari gue?" Suara Bunga terdengar datar dan bergetar memecah keheningan diantara mereka.

Kekehan terdengar keluar dari bibir Raffi, membuat Bunga menatapnya heran. "Aku gak pernah ketemu cewek kayak kamu selama ini,"

Raffi balas menatap Bunga, kedua iris beda warna itu bertemu saling menatap dalam keheningan. "Aku pertamanya memang deketin kamu buat sengaja godain." Lanjutnya dengan kekehan pada akhir kata.

Raffi memutuskan tatapannya, ia kembali fokus menatap jalanan di hadapannya. "Tapi pada akhirnya aku benar-benar sadar aku cinta sama kamu, aku beneran udah jilat ludah sendiri pas bilang, aku gak mungkin suka ke cewek tepos kayak kamu."

"Aku tau aku udah nyakitin kamu, tapi aku gak pernah ada niatan gitu.Aku gak pernah sengaja, aku minta maaf."

"Apa kamu mau memperbaiki semua ini dan mulai dari awal?"

Bunga hanya diam, entah kenapa otaknya perlu waktu beberapa detik untuk bisa mencerna semua yang diucapkan Raffi. Hatinya tersentuh saat kembali menatap mata Raffi, ia mencoba mencari satu saja kebohongan di mata itu, tak ada satupun. Tapi ia tetap menggelengkan kepalanya, menolak semuanya dengan rasa takut menjalar dalam hati.

Bunga membuka matanya, air matanya rasanya ingin sekali keluar tapi entah kenapa tertahan. Kenapa kata-kata Raffi begitu menenangkannya, padahal ia sangat tidak ingin mempercayainya.

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, seperti sebuah kaset rusak.

***
Satu setengah tahun bahkan berjalan dengan cepat bagi Bunga. Gadis itu duduk diam di kamarnya sambil menatap nilai rapornya. Seharusnya ia senang, ia lulus sebagai salah satu siswi yang punya nilai terbaik. Tapi pada dasarnya ia akan sedih karena berpisah dengan teman-temannya, kembali memulai hidup dengan suasana baru dan orang-orang baru.

Ayolah, gadis itu menjadi pendiam sejak satu setengah tahun ini. Yang di lakukannya hanyalah belajar, membaca buku dan menatap sisa-sisa kenangannya bersama Raffi.

Tahu sesuatu? Tidak ada yang lebih menyedihkan dari pada merindukan orang yang masih bisa kita temui setiap hari.

Bunga merasakannya, gadis itu dari lubuk hati yang terdalam sangat merindukan Raffi, padahal ia bertemu lelaki itu di sekolah bahkan di kelas. Tapi entah kenapa rasanya sangat asing ketika tak sengaja berpapasan dengan lelaki itu.

Meski Raffi masih tersenyum manis padanya setelah semua ini. Apakah kecewa bisa merubah seseorang menjadi jahat?

Bunga tersenyum sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Jangan pernah berfikir gadis itu lupa caranya tersenyum, karena nyatanya sekarang senyumannya lebih manis dari pada saat Raffi menyatakan perasaannya dulu.

Impressive Love [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang