Selamat malam, Semesta
Kembali dengan sebuah puisi tengah malam. Aku ingin meminta satu hal; cintai dirimu. Bukannya mudah mencintai orang lain? Perempuan mencintai lelaki, dan lelaki mencintai perempuan.
Pertanyaanku; mengapa kamu tidak bisa mencintai dirimu sendiri? Aku tidak buta untuk melihat kecantikan yang kau tutupi. Ntahlah, kau terlalu berambisi tampil cantik, tanpa memikirkan yang terdidik.
Seribu satu cara, seribu satu suara meneriakan tentang ini. Sebuah kecantikan yang hakiki. Tanpa memikirkan diri sendiri, sudah terdidik atau makin bobrok sampai saat ini.
Peduliku, untuk menyadarkanmu! Bahwa yang cantik belum tentu baik. Bahwa yang terdidik sudah pasti baik. Bahwa manusia tidak pernah puas, makin hari malah makin buas.
Semakin hari kau semakin menutup diri. Semakin hari kau semakin memuja banyak diri. Semakin hari kau semakin jauh dari kata diri sendiri.
Kuingatkan, bahwa tak ada yang kalah dan menang. Tak ada cantik dan tampan. Bukan karena aku tampan atau cantik, tapi karena aku tahu, bahwa semua manusia sempurna.
Kau sempurna dengan bentukmu sekarang-syukurilah. Aku bersyukur dengan diriku-bermanfaat banyak orang. Terima kasih sudah membaca karyaku. Syukur-syukur kalau kita bertemu, dan aku akan menyadarkanmu. Bahwa dunia tak butuh cinta dan kecantikan belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...