Mereka hanya tidak tahu berapa banyak surat kematian yang sudah aku buat secara diam-diam.
Bagaimana aku mengatasi suara-suara nyaring dan bergema kencang di kepala--hingga memutuskan untuk terlelap.
Bagaimana rasanya menahan amarah ketika mulut-mulut lancang itu menyudutkan.
Mereka hanya tidak tahu saja, bagaimana aku bisa bertahan seperti sekarang--seperti yang mereka lihat di depannya.
Lelah?
Sudah pasti.Ingin mati?
Tentu. Tapi aku tahu, tujuanku hanya ingin menghilangkan rasa sakit bukan ingin menghilang dari bumi.Motivasi?
Tidak ada. Sampai suatu pemikiran melintas, "belum pantas untuk mati, buku-buku yang kamu baca belum sebanyak semesta dan ilmu kamu belum tinggi. Dan sepertinya mati, hanya akan membawamu dalam kesakitan baru yang tidak kamu duga."Tapi, untuk bertahan seperti saat ini butuh perjuangan berat. Menyiksa. Sampai terkadang, sudah sampai ketitiknya.
Kuakui, aku terlalu pengecut. Tapi, menjadi berani pun bukan solusi.
Untuk kamu yang sedang merasakan hal tidak adil, percayalah bahwa suatu saat ada hadiah besar yang menanti. Entah di dunia atau memang di tempat lain.
04:44
Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...