Tak perduli sudah berapa banyak suara yang memanggil. Aku akan tetap di sini diam dan menggigil. Kegilaanku sudah lama terpedam. Kewarasanku sudah lama hilang lepas dan tenggelam.
Kata-kata yang selama ini kurangkai. Hanyalah kamuflase belakang, karena seseorang yang kusayang. Ini sudah gila, sudah tidak wajar, dana akan segera berkadar. Wajar jika kau menghindar, aku hanya sebatas pilar.
Buta, tuli, bisu, seakan lengkap sudah badan ini. Dengan berdiri, dikaki ilahi, maka aku tak akan sendiri. Kau yang paling tahu, aku yang paling bisu. Kau yang paling suci, aku seakan orang tuli.
Aku takut, jika suatu saat kau beranjak. Aku takut, jika suatu saat kau menetap. Aku takut dengan semua kemungkinan yang ada. Kuhirup dalam-dalam napas yang ada, sebelum habis tak bersisa.
Sehat akal, bukan aku. Sehat badan, bukan aku. Sehat pikiran, bukan aku. Sehat raga dan jiwa, bukan aku. Lalu, siapa diriku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
ПоэзияTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...