Rafa Mahendra (3)

10 0 0
                                    

Sangat lucu. Mengapa aku selalu ingin membagikan kisahnya kepada kalian? Entahlah, aku pun tak tahu jawabannya.

Tadi malam, kita kembali bertengkar panjang. Tidak, tidak. Bukan seperti yang biasa terjadi. Pertengkaran konyol yang tak bisa di lupa.

Malam itu ia kembali dengan pesan "Ayo video call" aku tersenyum. Aku tidak membalas dan melanjutkan mengerjakan matematika peminatan.

'Afa'  senyumku terbit.

"Lama sekali!"

Aku menatapnya, "Mengapa? Rindu?" terkadang aku geli dengan ucapanku sendiri.

"Terlalu percaya diri itu tidak baik!"

"Mau apa?"

"Kamu"

"Hah?"

"Dasar otak kuda!" dengan kekehan yang membuatku menyerengit heran.

"Fa?"

"Mengapa? Rindu?" dia terkekeh ketika melihat wajahku masam.

"Terlalu percaya diri!"

"Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Minggu, Senin, Selasa. Waw, lama sekali."

"Apa?"

"Cie kangen ya?"

"Gak!"

"Perasa"

Aku tak menjawab hanya kembali mengerjakan matematika peminatan.

"Ngerjain apa? Tumben rajin!"

"Biar ga dikatain otak kuda!"

Dia tertawa dan hanya kuabaikan.

"Kangen gak?"

"Gak!"

"Bohong"

"Serius"

"Masih kecil, Ja. Masuk UGM dulu, baru kunikahi," dengan senyuman menggodanya.

"Dasar pak tua! Pikirannya nikah mulu" dia menatapku serius.

"Kau masih kelas dua SMA, lihat saja, ketika sudah kuliah atau malah kerja? Haha, pertanyaan itu akan hadir walau umurmu masih muda"

"Senja, kapan nikah? Nikah muda juga bagus lho! Banyak yang nikah muda lho."

"Kurang lebih akan seperti itu. Jangan mengirimiku pesan untuk kunikahi. Karena mungkin aku sudah nikah duluan dengan yang lain haha."

Perdebatan dan pertengkaran konyol itu terus terjadi sampai ia pamit dan aku harus tidur untuk sekolah esok hari.

WhelveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang