Aku pernah membasuh luka dengan air garam. Rasanya perih seperti ditikam. Aku juga pernah membasuh luka dengan air susu. Rasanya halus, namun kembali menghunus.
Katanya, “Cinta tak pernah nyata.” berbicara dengannya butuh ribuan detik untuk mengerti. Aku tidak butuh kamu.
Rasanya pahit, kala kopimu kembali tak dikasih gula. Rasanya kembali hambar kala kau campur dengan air hangat tak sesuai takar. Rasanya menjadi manis, kala kau masukan semua gula. Dan terakhir, rasanya aneh, kala kau campur adukan dengan jus mangga.
Kuberi kau sedikit harap, agar aku bisa memberi kesempatan. Kuberi kau sedikit rasa, agar aku bisa kembali jatuh cinta. Kuberi kau segala raga, agar aku bisa bertahan. Kuberi kau sedikit luka, agar aku bisa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...