Pikiranku tidak seliar dulu, atau liar yang kumaksud sudah bertambah dewasa dimakan usia. Pandanganku gelap tidak seterang dulu atau memang bertambah suram?
Aku selalu terbangun dihamparan rumput hijau yang luas dan taburan bintang yang sangat indah. Rasanya aku tidak ingin bangkit untuk saat ini.
Lalu, keesokan harinya aku terbangung di tempat yang berbeda. Tandus, gersang dan tak ada seorang pun yang datang untuk memberi bantuan.
Aku haus. Aku lapar. Aku lelah menjalani hidup yang selalu tak kunjung berakhir.
Aku mencari sosok yang akan dengan sabar merawatku hingga aku kembali terbangung di ladang rumput hijau yang luas dengan matahari pagi yang selalu ingin kutemui.
Mengapa ada banyak orang yang tidak ingin mengulurkan tangannya untukku? Apakah aku harus mengemis agar dikasihini? Membuka semua aib yang diri ini pun malu jika mengingatnya. Apakah penghakiman akan membuat aku jadi pusat perhatian?
Aku lelah. Aku lelah. Aku lelah
Saat ada yang mengulurkan tangannya kepadaku, akan kugenggam sepanjang hidupku. Akan kubawa dia ke dimensi berbeda. Dimensi yang hanya dimiliki jiwa-jiwa yang bersuka cita.
Dimensi yang selalu membuatmu betah bersamaku. Dimensi yang penuh dengan warna. Tak gelap. Tak sesat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...