Masih tentang Afa. Laki-laki yang selalu membuat tawaku pecah ruah. Kembali dengan senyum terbit, kutulis semua tentangnya disini. Di papan ini, di tempat ternyamanku berbagi kisah-kasih.
Kala itu, aku bercerita tentang cita-citaku. Universitas Gadjah Mada. Ya, aku ingin disana. Afa terkekeh dengan suara yang selalu ingin kudengar.
"Otak bego sepertimu ingin masuk UGM? Ternyata benar, kau belum waras!" aku mendelik kesal.
"Kasar"
"Oh ya? Biar kau sadar, agar kau selalu belajar. Otak kuda sepertimu tidak akan bisa masuk sana, jika kau malas." aku hanya memutar bola mata malas.
Rautnya berubah serius, aku mengerutkan dahi. "Kau serius?"
Aku menganggukan kepalaku, "Ya"
"Tambah jauh saja" aku tak mengerti.
Dia terkekeh, "Dasar otak kuda, Jakarta-Tangerang saja sudah menyiksa. Bagaimana Jakarta-Yogyakarta? Kau ingin membunuhku?"
Aku menggeleng tidak mengerti
"Bodoh, bagaimana mau masuk UGM jika kau tak mengerti?"
Kata-katanya memang kasar, namun menyadarkan. Dia bukan tipe romantis dan basa-basi, itu yang kusuka darinya.
"Sudahlah, belajar dahulu, jangan masuk Universitas Indonesia, nanti aku tak bisa selingkuh." aku mengerutkan dahi kala itu.
"Kau punya pacar?" pertanyaan bodoh.
"Dasar Bodoh"
"Kalau terus mengataiku, kututup saluran video ini!"
Dia terkekeh, "Selamat belajar, jangan lupa makan. Kau jauh, jadi tidak bisa dipeluk untuk menyembuhkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...