Rafa Mahendra (5)

7 0 0
                                    

"Fa, aku takut"

Dengan tangan dan suara bergemetar. Afa diam tidak menjawab, kukira ia sudah mematikan sambungan telepon kita.

"Takut kenapa,hmm?"

"Aku takut mencintai"

Dia diam, kembali tidak menjawab hanya ada beberapa kali helaan nafas.

"Ayok video call"

Setelah mengucapkan itu, tak lama wajahnya ada di layar gawaiku.

"Kamu kenapa?"

"Takut"

"Apa yang harus ditakuti?"

"Kamu?"

"Aku?" aku hanya mengangguk mengiyakan.

Dia tertawa, suasana yang serius itu mencair karena tawa Afa yang indah.

"Mangkanya, Jani. Jangan terlalu sering mengerjai orang. Mengaku sebagai pria! Kasihan. Efeknya ke kamu juga kan."

Aku diam, lalu tersenyum kecil

"Lucu."

"Siapa? Aku?"

"Percaya diri!  Maksudku temanku!"

Dia tersenyum menggoda yang membuat aku mengerutkan dahi bingung.

"Lalu aku bukan temanmu? Atau kau anggap aku kekasihmu?"

"Rafa! Ga lucu!"

Dia tertawa dan aku sudah merah seperti kepiting rebus.

"Siapa yang melucu?" ucapnya dengan alis di angkat sebelah.

"Senjani, aku ingin bilang satu hal. Jangan takut untuk mencintai seseorang. Karena, kamu akan mengetahui satu hal. Bahwa mencintai seseorang tidak seburuk apa yang ada di pikiranmu."

Aku diam

"Jangan jatuh cinta kepadaku."

"Kenapa?"

"Karena, Jatuh cinta padaku sangat menyakitkan. Kau mau tahu kenapa?"

Aku mengangguk dengan serius.

"Ya karena aku tampan lah. Nanti kamu banyak saingan, sakit hati kan? Hahahaha" dia tertawa

Konyol memang kalau berbicara dengannya.

WhelveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang