Rasa itu semakin membingungkan. Kau dengan tawa canda datarmu. Dan aku dengan gurauan receh yang tak tertolong.
"Kenapa mau sama aku?"
Aku bingung harus jawab apa(?) aku hanya diam, melempar senyum, dan memandanginnya.
"Ganteng ya? Tau kok. Gausah diliatin mulu, nanti ngga ada yang suka sama aku."
"Percaya diri!"
Aku memutar bola mata malas, dan melihat sekelilingku— berhenti di anak kecil dengan kedua orang tuanya yang amat harmonis.
"Nanti, Ja. Belajar dulu yang bener, baru kita nikah. Anak kita akan lucu, melebihi itu."
Aku memalingkan muka ke arahnya dan menatap ia yang sudah menunujukan senyum menggoda.
Aku menopang dagu dan menatapnya dalam, "yakin banget bakal nikah?"
"Kalau kamunya udah siap, nanti malem juga boleh."
Astaga, kadang mulutnya itu harus ku lem agar tak sembarang bicara.
"ngomong apa sih!"
"suamiku itu hanya Justin Bieber."
Dia menghela napas, dan aku menatapnya jahil.
"Bisa berhenti membicarakan si bodoh Justin?"
Aku mengangguk, "Bisa, karena aku tidak ingin mempunyai suami seperti si bego Max."
"Astaga!" dia menutup mukanya.
"Bisa berhenti membicarakan mereka berdua?"
Dia diam dan aku kembali melihat ke arah anak kecil itu.
"Ja"
Aku menatapnya
"Kamu suka sama teman sekolahmu?"
Aku mengangguk
"Waktu itu. Sama kakak kelas anak 12 ips. Trus pernah juga sama kakak kelas anak ipa."
"lengkap"
Dia tertawa
"pernah sama teman satu angkatan?"
Aku ragu menjawabnya
"Hmm, gatau suka atau nggak, tapi pernah deket sama teman angkatan beda jurusan."
"Ips?" aku hanya mengangguk.
Dia menatapku,
"Jangan berpaling, Senja. Kau tahu, aku memang tidak sempurna. Tapi, jika kau menyuruhku mundur maka aku akan mundur. Omong-omong kau kesampaian semua?"
"Apa?"
"Sama gebetan-gebetanmu"
Aku menggeleng
"Hanya sebatas mengagumi, tidak lebih. Tapi kalau sama temen angkatan deket sih, ga jadian."
Dia tertawa
"Kasihan"
Sebegitu sederhananya untuk bahagia bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whelve
PoetryTulisan-tulisan klise yang datang pada saat yang tidak tepat, dan terlintas begitu saja. Ungkapan hati yang sudah hitam, gelap dan tak ingin seorang pun tahu apa yang ia rasakan, kecuali dari tulisan diam-diam. 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎...