Rafa Mahendra (7)

10 0 0
                                    

Dalam benak, aku sering bertanya, 'mengapa aku selalu menceritakannya kepada kalian?'

Ia bukan kekasih, ia lelaki spesial yang selalu membuat hidupku berwarna. Dengan guyonan datar yang mampu selalu membuatku terpukau.

Andai kau tahu, teman. Jika kau membaca puisi-puisiku, maka kau akan bertemu lelaki-lelaki yang dekat denganku...

Cerita teman, kisah abadi, dan semua lelaki itu.

Kini, dia bukan lelaki bujang yang tidak memiliki kekasih, lagi. Dia rupawan, dengan kekasih yang menawan.

"Jani, kau mau tahu? Aku sudah dapat yang baru."

Dengan santai, "Baguslah. Jadi, jangan menggangguku di saat tertentu."

Dia tertawa, "Tidak bisa, Senjani!"

"Mengganggumu adalah hal yang paling menyenangkan di muka bumi."

Aku memutar bola malas, "Perayu!"

"Apalagi, jika tengah malam, ku telepon dan menceritakan banyak hal hari itu, kau akan mendengar dengan mata setengah terpejam—itu sangat lucu."

"Kau ingin dengar kisah sahabat tapi menikah?"

"Tidak berminat!"

"Dengar dulu!"

Aku menatapnya serius, "Aku ngantuk, Fa. Kalau ingin bercerita besok saja. Akan kudengarkan semuanya."

"Bohong! Kau akan tidur sampai siang bolong!  Dan mengurusi semua novelmu dan melupakanku."

"Kau sudah punya kekasih, jadi jaga sikap. Kalau ia sakit hati, bagaimana?"

Dia diam, dan diam-diam aku bersyukur dan ingin mengakhiri panggilan.

"Aku akan bilang, maaf, aku mencintai perempuan lain."

"Jahat!"

"Tidak apa-apa"

"Jani, ingat, kau punya hutang janji kepadaku, 634"

"Iya fa iya"

Langsung kumatikan, takut ia semakin ngawur.

WhelveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang