Akhirnya tibalah saatnya Nasya berangkat menemui calon suaminya di Puncak. Terlebih dahulu dia pamit dan sungkem di hadapan Pak Attalarik dan Ny. Vonny kedua orang yang sangat berharga di hidupnya, Bapak dan Ibunya orang yang dianggapanya orang tuanya sendiri.
Pak Attalarik mengingatkan Nasya bahwa mulai sekarang mereka tidak akan bisa melindunginya karena mereka akan jauh dari nasya. Mulai sekarang, satu-satunya hal yang bisa melindungi Nasya adalah perbuatan baik.
"Jadilah orang baik agar orang lain juga akan berbuat baik padamu, seperti yang biasanya kau lakukan Nasya, anakku " Yang hanya dijawab anggukan oleh Nasya.
Nasya lalu memeluk ny. Vonny dengan mata berkaca-kaca. Bahkan ny. Vonny pun tak kuasa menahan air matanya. "Aku tak punya kata-kata perpisahan untukmu selain terima kasih. Terima kasih, Nas."
"Sama-sama, Ibu."
"Mama" Pinta ny. Vonny terhadap Nasya "Mulai sekarang panggil Mama dan Papa"
Semua orang benar-benar sedih harus berpisah dengan Nasya. Ersya sontak memeluk Nasya dengan berlinang air mata. "Aku akan menunggu telfon dan video call kak nas. Bisakah kita saling menghubungi setiap hari?"
"Tentu saja, Ersya sayang."
"Nas, kalo kamu nggak ada di sini bersama kita, rasanya pasti sulit. Aku akan sangat merindukanmu." Ucap Raya sambil menggenggam tangan Nasya.
Bahkan bik Ana pun langsung menangis sesenggukan sampai Raya harus menegurnya, "heh bik, Nasya kan bukan mau mati, dia hanya pergi menemui calon suaminya."
"Aku takut dia mati. Aku takut dia pergi." Tangis bik Ana . Mendengar itu, Raya dan Ersya sontak memeluk Nasya erat-erat.
Nasya akhirnya berangkat naik mobil dia hanya ditemani oleh Mamanya, Ny. Vonny seorang diri dan diantar sopir.
Teringat akan cerita Papanya tentang pertemuan pertamanya dengan Mamanya yaitu di hari pernikahan mereka, Nasya bertanya bagaimana dulu perasaan Mamanya itu saat ia pertama kali bertemu suaminya.
"Apa mama begitu ketakutan sampai tidak bisa tidur seperti Nasya saat ini?"
Ny. Vonny hanya tersenyum mendengar pertanyaan Nasya, "tentu saja, tidak perlu khawatir mama ada disini."
Puncak, Desa Sukajaya Rumah Stefan
Mama Stefan sedang gelisah menunggu kedatangan anaknya yang tak kunjung pulang dari Rumah Sakit. Padahal tadi ia sudah berpesan agar Stefan bisa pulang lebih cepat. Ia ingin anaknya bisa ikut nenyambut kedatangan pengantinnya. Ny. Yeolitta beranggapan sepertinya Stefan tidak akan datang untuk menyambut calonnya.Ny. Yeolitta jelas kesal dibuatnya. "Dia datang jauh-jauh dari Jakarta dan harus berpisah dari orang tuanya, aku ingin menyambutnya dengan baik. Dan apa? Ini pertama kalinya kita bertemu, Stefan malah tidak ada."
Mobil Nasya sudah sampai didepan rumah bercat putih yang tidak terlalu besar tapi terlihat nyaman dan asri karena dikelilingi oleh halaman yang luas dan beberapa pohon besar, di sebelah rumah utama tetlihat ada sebuah paviliun yang ukurannya tidak jauh beda dengan rumah utama. Ny. Yoelitta yang mendengar ada suara mobil langsung menuju ke luar menjemput tamunya, dan mendapati ny. Vonny beserta anak gadisnya turun dari mobil. Ny. Yeolitta setulus hati meminta maaf pada mereka karena Stefan tidak bisa ikut menyambut kedatangan mereka karena sibuk di Rumah Sakit, apalagi dia baru saja pindah.
Ruang Tamu
"hanya bu Vonny yang mengantar putrinya? Pak Attalarik tidak ikut?? ""iya bu Yeolitta, papanya anak anak ada kesibukan yang nggak bisa ditinggal." jawab ny. Vonny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
RomanceUntuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ayah angkatnya, Nasya menerima untuk menyamarkan dirinya sebagai putri kandung dari keluarga Wijaya dan menikahi Stefan, untuk menepati janji yang dibuat oleh ayah mereka di masa lalu. Stefan adalah pria b...