Part 38

824 72 20
                                    

Di meja makan kediamannya, Stefan lekat menatap Nasya yang sedang menyantap sarapannya, ia tak menurunkan pandangannya sama sekali.

"makan gih!! Apa kamu akan kenyang jika terus menatapku seperti itu?" protes Nasya.

"makanan ini warnanya pink, air ini juga berwarna pink,  apa kamu melihat apa yang aku lihat?"

"aaa.. Aden Cie cie cie...." goda bi Asih yang berada tak jauh dari meja makan.

"apa yang di cie cie cie in bik??" tanya Stefan.

"terus apa warna wajah bik Asih den?"

"warnanya pekat bik." jawab Stefan tak mau kalah menggoda bik Asih, hingga membuat bik Asih cemberut. Stefan dan Nasya pun terkikik geli melihat tingkah bik Asih.

"ya udah deh non, den. Saya ke belakang dulu." pamit bik Asih.

"malam ini, kita keluar." ujar Stefan.

"mau kemana? Kamu sangat nggak sabaran sama sekali, apa kamu udah baikan?"

"aku nggak apa-apa sekarang, aku hanya akan melakukan sesuatu. Itu aja, Lagipula kita akan pergi bersama."

"dan kenapa kamu duduk di sini hari ini?  Tempatmu di sana?" tunjuk Nasya pada kursi di hadapannya. Tentu saja Nasya heran pada Stefan yang saat ini duduk di sampingnya, karena biasanya Stefan duduk di seberangnya.

"disana jauh, aku suka di sini." Nasya tak mampu menyembunyikan senyumnya dan hanya bisa menggelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban Stefan.

"kalau gitu berhenti menatapku dan makan makananmu sekarang, atau aku nggak mau pergi sama kamu."

Nasya mengulurkan tangannya dan mengambilkan sebuah ayam dan meletakannya pada piring Stefan. Tiba tiba Stefan meraih tangan Nasya, dan menggenggamnya erat.

"kamu sangat cerewet." ucap Stefan sambil mencubit pipi Nasya sebentar.

"ayo makan." ajak Nasya.

Stefan masih tak bergeming mengiyakan perintah Nasya. Stefan meletakan satu sikunya di meja dan telapak tangannya menopang dagunya sambil mengumbar senyum menatap Nasya. Nasya lalu mengarahkan sendoknya ke hadapan Stefan untuk menyuapinya karena melihat Stefan tak kunjung makan dan terus menatapnya.

Stefan tentu saja menyantapnya dan sangat senang dengan perlakuan Nasya terhadapnya. Nasya tersenyum sumringah saat melihat Stefan mengambil sendok dan garpunya, ia berpikir jika akhirnya Stefan akan makan. Tapi sedetik kemudian ia dikejutkan saat sebuah sendok berada di hadapannya. Nasya pun melihat Stefan dengan bingung.

"makanlah.. Gantian." ucap Stefan, sehingga membuat Nasya tertawa geli karena sikap Stefan. Sebelum akhirnya ia menyantap suapan dari Stefan.

Hingga akhirnya mereka terus menyantap makanan dengan saling menyuapi. Stefan yang menyuapi Nasya dan sebaliknya Nasya yang menyuapi Stefan. Tidak ketinggalan pula mereka saling bercanda di tengah santap pagi hari ini.

Setelah mereka berdua selesai makan, Nasya akan berdiri dan membereskan meja. Namun, Stefan mengaitkan jemarinya pada sela jemari Nasya dan menahannya pergi, alhasil Nasya kembali duduk. Entah kenapa Stefan enggan membiarkan Nasya jauh dari pandangannya.

"apa lagi?" Nasya balik menatap Stefan dengan wajah penasaran.

"rumah ini terasa benar-benar rumah sekarang." Stefan mengecup lembut kening Nasya.

---
Percepat,
Bryan yang sedang berada di kantornya, melihat sebuah jam dinding setelah menutup berkas laporannya. Jam sudah menunjukan makan siang.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang