Part 40

1K 71 12
                                    

Nasya yang baru saja bangun, perlahan turun dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Ia mengedarkan pandangannya melihat pemandangan matahari yang mulai memunculkan cahayanya membelah kabut. Nasya menghirup udara nan sejuk itu dengan mata tertutup. Namun, sedetik kemudian ia merasakan dari belakang ada sebuah lengan yang memakaikan sebuah scarf menutupi pundak sampai sebagian tubuhnya dan kemudian memeluknya dari belakang.

Stefan mendekap tubuh Nasya erat, menempelkan pipinya pada Nasya. Rasanya ia tak mau jauh dari Nasya, entahlah, meskipun bukan pertama kali mencintai seseorang Stefan merasa perasaan yang ia alami saat ini berbeda dengan sebelumnya. Ia sendiri juga tak begitu memahami alasan pastinya, tapi yang jelas Nasya sudah seperti candu baginya.

"matahari udah naik." ujar Nasya mengusap lembut lengan Stefan yang merangkul tubuhnya.

"aku nggak mau cepat terbit, aku ingin tidur bersamamu seperti ini lebih lama." balas Stefan kemudian mengecup pipi Nasya.

"kamu akan tetap tidur dan nggak makan?"

Stefan menggelengkan kepalanya.
"aku lebih lapar untukmu." jawab Stefan kemudian ia mengecup puncak kepala hingga pipi Nasya berkali-kali.

"Stefan, berhenti. Orang mungkin melihatnya."

"lihat mataharinya, begitu cantik." ucap Nasya menunjuk matahari yang semakin tinggi.

"mulai sekarang, mataku hanya akan melihatmu dan matamu hanya akan melihatku." jawab Stefan.

Nasya berbalik dan menghadap wajah Stefan. Sebelumnya ia begitu tak menyukai kalimat-kalimat gombal seperti itu. Tapi saat ini mendengarnya dari mulut Stefan, Nasya tak bisa untuk tak berdebar. Sedangkan Stefan yang melihat Nasya menatap dirinya dengan pipi merona tak bisa menahan untuk mencium pipi berlesung itu.

"pipi ini milikku. Pipi lainnya juga." ucap Stefan sambil menciun kedua pipi Nasya.

"eh, lesung pipit ini milikku, yang satunya juga." Stefan mencium pipi istrinya lagi setelah melihat Nasya tersenyum dan memperlihatkan lesung pipit di kedua pipinya.

"mereka semua milikku, kamu setuju?"

"kamu nggak bisa hanya tersenyum, kamu juga harus menjawabku. Kalau nggak aku akan mencium bibirmu sampai kamu nggak akan bisa bicara lagi." lanjut Stefan.

"ehh, oke. Oke.. Aku setuju." jawab Nasya cepat saat Stefan akan mendekatkan wajahnya ke arahnya.

Stefan kemudian mencium kening Nasya lembut, dan menarik tubuh Nasya di pelukannnya.

---
Percepat,
Di sofa, Nasya menemani Stefan melihat dan memeriksa dokumen rekam medis pasien-pasien yang baru saja dikirim dr. Ari. Saat Stefan sibuk berkutat dengan lembar-lembar kertas itu, Nasya mendengar suara ny. Yeollita mengucapkan salam dan baru saja melewati pintu.

"mama?"

Nasya dan Stefan menghampiri ny. Yeollita dan memeluknya.

"kamu benar-benar sembuh? Mama bahagia."

"mama dapat berita bagus." ucap ny. Yeollita setelah menoleh kebelakang melihat mang Aji. Dan menggoda Stefan serta Nasya kemudian.

"mama bahagia mendengar tentang kalian. Ini takdir mama mendapat menantu kamu untuk menjaga dan merawat Stefan."

"Nasya merindukan mama."

"mama juga."

"Stefan meminta mama tetap disana. Mama bisa menjaga kakek dan nggak bolak-balik dalam perjalanan jauh kesana dan kesini, tapi mama nggak mendengarkan."

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang