Part 13

1K 61 29
                                    

Di ruang makan, terlihat bik Asih, Ujang,  dan mang Aji sedang menata makanan di meja makan. Lalu Nasya,  Stefan, Hito dan Ratu datang.

"silahkan" ucap Stefan mempersilahkan para tamunya. Stefan duduk di samping Nasya sedangkan Hito duduk di samping Ratu. Hito duduk di depan Nasya dan berarti Ratu duduk di depan Stefan.

"kenapa tidak ada rawon hari ini?" tanya Stefan sesaat setelah ia duduk.

"non Nasya memberi saya tugas membuat makan untuk aden Stefan. Makan rawon setiap hari juga akan bosan."  Jawab bik Asih yang sedang berdiri dengan Ujang dan mang Aji di belakang majikannya.

"Dia memberimu tugas?" tanya Stefan pada bik Asih tapi pandangan matanya tak bisa lepas dari Nasya.

"Silahkan dicicipi lodeh ayam nya den,  rasanya pasti enak."

"untung dia bilang, setelah ini den Stefan pasti menghindari memakan lodeh ayam tawar itu, Jang." bisik mang Aji pada Ujang,  yang akhirnya membuat mereka berdua terkekeh.

"bilang begitu lagi,  kamu mau jadi bapaknya Ujang?" ujar Bik Asih yang sontak membuat mang Aji diam.

"Apa kamu bisa memakan ini? Apa mau dibuatkan bubur lagi atau sup Ayam?" tanya Nasya pada Ratu.

"Aku bisa memakannya." jawab Ratu.

Saat akan memgambil makanan tangan Ratu dan Hito hampir bertabrakan karena mereka mengambil makanan di waktu bersamaan dan sama-sama dari arah lawan mereka.

"aku pikir,  hati kita cocok masing-masing." ucap Ratu.

"Silahkan duluan." Hito mempersilahkan.

Ratu mengambil acar dan ia berikan pada Stefan sedangkan Hito mengambil telur goreng yang ia letakkan di piring kosong Nasya. Sedangkan Stefan dan Nasya menjadi canggung saat menerima makanannya.

"sepertinya hati kita memang cocok.  Kita menyendokkan makanan pertama kali untuk orang lain." kata Hito.

"aku sepertimu. Aku dan Stefan adalah teman dari kecil karena rumah kita berada di komplek yang sama. Itulah kenapa aku tau kalau Stefan menyukai timun." ucap Ratu.

"sama seperti Nas,  dia sangat menyukai telur.  Pada minggu minggu tertentu dia bisa memakannya terus setiap hari. Sampai pada titik aku harus berteriak padanya menyuruhnya memakan yang lain."

Nasya dan Stefan masih hanya berdiam diri.  Mereka tidak tau harus berbuat apa di hadapkan pada posisi seperti ini.

"saat Stefan masih kecil.  Dia sangat ceria dan keras kepala." kata Ratu.

"itu sebelum aku jadi orang yang depresi karena kebangkrutan keluargaku." ucap Stefan akhirnya membuka suara. Nasya menatap Stefan sambil mendengar ceritanya.

"oh dulu, aku sangat ingin makan bakso padahal udah malam sekali dan lagi hujan. Aku sampai menangis saking inginnya. Setelah Stefan tau,  dia tiba tiba menghilang. Hari itu hujan sangat lebat Stefan datang ke rumahku dengan badan yang basah semua sambil membawa bakso untukku."

"saat Papanya Stefan tau, Stefan langsung dipukuli karena pergi tengah malam di tengah hujan." lanjut Ratu membayangkan kisahnya dulu.

"oho, itu sangat menyentuh perasaan. Stefan membahayakan nyawanya untukmu, Ratu." ujar Hito.

"kenapa non Ratu harus Membawa-bawa cerita itu?" bisik mang Aji pada Ujang.

"Kalau Nasya,  kelemahan dia adalah dia sangat empatik. Dia tidak bisa tahan ketika orang-orang menangis datang untuk meminta bantuan."

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang