Part 29

834 66 24
                                    

Di ruang tamu ada mang Aji, bik Asih dan Ujang yang menghadap majikannya, ny. Yeollita. Mereka mengadu tentang sikap Ratu yang semena-mena selama beberapa hari ini. Ditambah lagi Stefan tidak pernah pulang, jadi tidak ada yang ditakuti Ratu.

"nyah, nyonya itu masih nyonya rumah ini. Dengan melakukan semua ini, non Ratu sudah mengabaikan nyonya!" keluh mang Aji.

"benar nyah!!" sahut bik Asih disertai anggukan dari Ujang.

"Ratu tau kalau kalian semua dekat sama Nasya, lebih-lebih kamu mang Aji,, mang kan kenal Ratu dari kecil tapi semakin kesini mang Aji lebih memihak Nasya. Makanya itu yang bikin Ratu marah. Dia ingin mendapat dukungan kalian semua."

"dukungan dari hasil menganiaya kami nyah?? ohh tidak-tidak!!" geleng bik Asih.

"benar nyah, non Nasya itu lembut dan manis. Kapanpun kita melakukan kesalahan, non Nasya akan bicara baik-baik sama kita. Ingin menang melawan non Nasya, hanya dalam mimpinya non Ratu. Benar kan bu?" tambah Ujang meminta pembenaran ibunya.

"tidak bisa dibandingkan!" jawab bik Asih tegas.

"aku semakin tua, aku cuma ingin hidup tenang." keluh ny. Yeollita.

"aku tidak ingin memperumit masalah, mang, bik!" tambah ny. Yeollita.

"maksud nyonya? Kalau non Nasya tidak kembali ke sini. Berarti nyonya terima non Ratu menggantikan posisi non Nasya?" tanya mang Aji yang justru tak mendapat respon dari majikannya itu.

"kalau begitu habis kita semua!" sahut Ujang.

"Ujang, tenang. Kita pulang saja kalau begitu, ibu tidak akan kuat lama-lama di sini. Mang Aji saja yang tetap di sini, mang harus menemani nyonya sama aden."

---
Di Rumah Sakit, Hito sedang berada di ruangan Stefan menunggu sang pemilik ruangan. Selang beberapa saat Stefan datang dengan seragam scrub birunya.

"mau ngapain disini?" tanya Stefan datar dengan dua tangannya ia masukan pada saku seragamnya menatap Hito yang sedang duduk di kursi pasiennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"mau ngapain disini?" tanya Stefan datar dengan dua tangannya ia masukan pada saku seragamnya menatap Hito yang sedang duduk di kursi pasiennya.

"gue perlu bicara!"

"gue sibuk. Mau ngomong apaan?" tanya Stefan, tapi bukan malah mengusir ia malah duduk di kursinya berhadapan dengan Hito, dan seakan mempersilahkan Hito melanjutkan ucapannya.

"soal teror itu. Gimana? loe udah bisa ketemu sama mereka?"

"mereka nggak mau ketemu sama orang-orang gue, apalagi gue. Gue juga nggak mau bikin keributan dan bikin mereka tambah dendam. Belum lagi gue nggak enak sama kades di sana kalau gue sampe salah langkah. Gue nggak mungkin makin bikin rumit keadaan dan bikin masalah sama warganya, orang-orang pedalaman itu akrab banget antar warganya nggak seperti orang kota." jelas Stefan.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang