Part 11

963 56 8
                                    

Rumah Wijaya.
Terlihat Raya, sedang berada di ruang tamu sedang membaca sebuah majalah. Lalu datang Hito membawa beberapa bingkisan di tangannya asal masuk, seperti rumahnya sendiri.

"Aku kembali semuanya. Raya!!" ucap Hito dengan lantang.

"Hito.."

"aku membeli begitu banyak oleh-oleh dari  Jepang. Sebentar biar aku taruh dulu." ucap Hito sambil menghampiri Raya dan duduk di sebelahnya. Kemudian Hito meletakkan bingkisan yang ia bawa di meja yang berada di depannya.

"gantungan kunci, magnet, gelas, tas, baju, kipas, dan masih banyak yang lain. Begitu banyak barang yang kamu sukai disini." ucap Hito sambil menggeser bingkisan di depannya mendekati Raya.

"ssstt, jangan bicara keras keras.  Papa lagi sakit terus Ersya lagi baca buku." kata Raya mengingatkan.

"oh, ini masih ada lagi. Lonceng angin  yang namaya Edo Furin. Edo Furin hiasan taman ataupun luar kamar. Saat angin bertiup, lonceng ini akan berbunyi dan dipercaya bunyinya bisa me-refresh pikiran. Cantik kan? " kata Hito sambil mengambil barang itu dari balik saku jasnya dan menunjukannya pada Raya. Raya hanya tersenyum mendengar penjelasan Hito yang tampak bahagia.

 Raya hanya tersenyum mendengar penjelasan Hito yang tampak bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"dimana Nas?" tanya Hito.

"ah,  orang-orang di rumahmu belum memberi tau?" tanya balik Raya.

"oh ya benar,  kamu habis travelling ke Jepang bersama temanmu sampai 1 bulan lebih tanpa kabar dan bahkan tak bisa di hubungi. Sampai kita pikir kamu tak ingin pulang. Keenakan di sana." gerutu Raya menyambung perkataannya.

"maaf Ray,  nggak maksud.  Saat disana handphone ku hilang.  Aku kan nggak hafal no kalian.  Aku bahkan tak menghubungi orang rumah. Jadi dimana Nasya?" jelas Hito sambil menanyakan hal yang tadi belum di jawab Raya.

"Nasya menikah kemarin. Jadi ia sekarang dirumah Suaminya. Sebenarnya kita masih ingin disana tapi tiba tiba Papa sakit jadi kita harus pulang."

Hito kaget mendengarnya.  Saking terkejutnya Hito sampai menjatuhkan lonceng angin yang ia bawa, yang seharusnya ia berikan pada Nasya.

"Menikah??" tanya Hito tak percaya.

"itu pecah,  sayang sekali." ucap Raya melihat lonceng angin yang terbuat dari kaca itu sudah berserakan menjadi beberapa bagian di lantai.

"Nasya menikah? Bagaimana bisa?  Dengan siapa? Kapan?  Katakan padaku Ray!!" ucap Hito kalut, ia kemudian memegang lengan Raya dan mengguncang tubuh Raya menuntut penjelasan.

Kini Hito merutuki dirinya sendiri tak pulang lebih cepat atau tak mencoba menghubungi Nasya,  Raya,  atau Ersya.

"Hito, kenapa sih kamu jadi tegang gini?" ucap raya sambil menghentakan lengannya hingga genggaman Hito lepas darinya.  Ia tak pernah melihat Hito seperti ini.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang