Part 58

797 41 26
                                    

Saat membuka mata, Nasya tidak menemukan Stefan. Sejenak ia panik takut Stefan akan kembali mendiamkan dirinya.

Nasya beranjak keluar kamar mencari Stefan tapi tak menemukan siapapun. Saat ia akan berbalik ke kamar untuk mencari ponselnya, ia dikejutkan dengan suara mang Aji yang memanggilnya.

"non Nasya."

"mang, dimana Stefan?"

"di belakang non."

Nasya langsung mengangkat kakinya dan bergegas menemui Stefan.

"aden memang sangat keras kepala, untungnya ia mendapat istri seperti non Nasya. Kalau tidak ada non Nasya, mamang yakin den Stefan akan hidup kesepian sepanjang hidupnya." gerutu mang Aji.

Stefan yang sedang membaca di samping taman menerima panggilan dari ny. Yeollita.

Stefan menanyakan keadaan mamanya sekaligus meyakinkan ny. Yeollita untuk tidak mengkhawatirkannya. Tapi ny. Yeollita penasaran, apa Stefan sudah bicara dengan Nasya.

Stefan jadi canggung dan berusaha menghindar dengan alasan sibuk. Tapi tentu saja ny. Yeollita tak melepaskannya begitu saja. Ny. Yeollita berkata "Pasangan yang sangat dekat dan saling mencintai satu sama lain, akan memiliki ketakutan dalam hati mereka."

"Ketakutan apa?" tanya Stefan bingung.

"Takut siapa yang akan mati lebih dulu. Sering kali, masing-masing ingin mati duluan."

"Begitukah?"

"Yang mati duluan tidak akan menderita. Sementara yang masih hidup, akan menjalani hidup seolah dia dikutuk dengan kesengsaraan. Lebih dari satu dekade Ibu hidup sendirian, tiada hari mama tidak merindukan papamu."

Stefan bingung kenapa sebenarnya mamanya membicarakan masalah ini. Tapi ny. Yeollita hanya menyuruh Stefan untuk memikirkannya sendiri dan menutup telfonnya.

---

Raya masih merenung sedih saat Hito datang. Mereka jadi canggung pada satu sama lain gara-gara kejadian semalam. Hito beralasan kalau dia datang untuk minta makan, tidak ada makanan di rumahnya.

Secara bersamaan, mereka tiba-tiba membahas tentang semalam. Hito meminta Raya untuk melupakan kejadian semalam. Dia takut kejadian semalam akan membuatnya kehilangan ketiga saudarinya.

"Aku tidak sanggup kalau kita tidak bisa saling memandang satu sama lain karena canggung." ujar Hito.

"Semalam, aku pulang. Aku tidak bisa tidur. Aku memikirkannya sepanjang malam... tentang apa yang kurasakan dan kenapa aku melakukan itu." ucap Raya.

"Lalu apa kamu sudah punya jawabannya?" tanya Hito.

"Itu karena aku kesepian. Sangat kesepian."

Hito khawatir. Kedua orang tua Raya sangat mempercayainya. Kalau dia sampai melakukan sesuatu pada Raya, maka dia tidak akan sanggup menghadapi mereka.

Tapi Raya tak bisa berhenti memikirkan apakah mungkin di antara mereka berdua ada cinta?

Hito tersenyum mendengarnya.

"Entahlah. Tapi, sekarang ini... kurasa ini tidak ada bedanya dengan apa yang Cemal lakukan padamu. Kesepian, dan bukan cinta. Saat terjadi sesuatu, dia meninggalkanmu dengan begitu mudahnya."

Sebentar Raya merasa kecewa dan sedih mendengarnya tapi secara cepat ia menyamarkan ekspresi wajahnya. "Jadi, di antara kita tidak ada cinta, dan mungkin cuma rasa kekhawatiran. Tidak akan bisa lebih jauh."

"Benar. Aku juga merasa begitu. Tidak akan bisa lebih jauh."

"Aku merasa sangat malu. Alkohol bisa membuat wanita jadi tidak tahu malu. Adakah yang masih menginginkanku?"

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang