Part 16

872 59 10
                                    

Pagi ini Stefan sedang sarapan bersama dengan warga di desa. Mereka tampak bersahabat dan bisa menerima Stefan, meskipun belum semuanya. Tapi paling tidak ini sudah menjadi satu langkah maju bagi Stefan. Salah satu rekan Stefan bernama Dr. Ari yang ikut bersamanya menanyakan tentang istri Stefan.

"bagaimana dengan istrimu dok. Saat disini dokter tidak bisa menghubunginya karena tidak ada jaringan" tanya Dr. Ari.

"tidak apa-apa dia sudah tau saya tidak pulang." jawab Stefan.

"oh,  berarti hari ini kita pulang den?" tanya mang Aji menimbrung.

"tidak, kita menginap disini sehari lagi. Pulang besok saja." jawab Stefan.

"saya pikir anda ingin cepat pulang dok?" tanya Dr. Ari, yang hanya di balas senyuman oleh Stefan.

"Den Stefan sepertinya takut di dekati wanita." ujar mang Aji pada Dr. Ari.

"di dekati wanita?  Bagaimana bisa?" tanya Dr. Ari pada mang Aji. Semua orang yang ada di sana jadi terfokus pada Stefan.

"eeh..  bawahan yang baik tidak akan menggosipkan atasannya." ucap mang Aji.

"mantan kekasihnya sedang menunggunya di rumah. Itu alasan sebenarnya den Stefan tidak berani pulang ke rumah." ucap mang Aji lagi. Sepertinya ia menyadari dirinya bukan bawahan yang baik. Semua orang tertawa mendengarnya.

"mang..." ucap Stefan tajam.

---
Di rumah Stefan, Ratu melihat mobil Stefan yang masih belum kembali. Ia lalu memikirkan malam saat Stefan sedang berada di kamarnya.

"kamu luluh denganku, aku bisa melihat matamu. Malam kemarin kamu menolakku. Tapi malam ini, besok malam, kamu akan kalah oleh hatimu sendiri."

---
Di Desa,
Stefan sedang memandang bulan, pikirannya melayang. Ia mengingat kenangan-kenangan romantisnya bersama Ratu. Ia juga mengingat saat dimana Ratu menolak lamarannya dan mengatakan ia akan menikah dengan orang lain. Lalu ia teringat perkataan Nasya mengenai manusia yang memiliki pengendalian diri, menahan diri untuk menjaga kewajiban dan moral.

Tanpa Stefan sadari mang Aji sedang melihatnya dari kejauhan.

"non Ratu,  harusnya dia malu dan segera kembali ke rumahnya." ucap mang Aji.

"dia terlahir tampan,  jadi dia takut di dekati wanita.  Hmm.. Kasihan sekali." imbrung Dr. Ari sambil mendekati mang Aji.

"eh,  tidak ada hal seperti itu. Mana ada lelaki takut pada wanita." ujar Kepala Desa yang mendengar pembicaraan Dr. Ari.

"yang mereka takutkan itu bukannya wanita tapi hati mereka sendiri."

---
Percepat
Pagi Hari, Rumah Stefan.
"Apa? Aku tidak ada dirumah selama 3 atau 4 hari, sudah begitu banyak hal yang terjadi." tanya ny. Yeolitta pada bik Asih dan Ujang.

"pembuat masalah nyah. Sini nyah.. " jawab bik Asih sambil menunjukan Ratu yang sedang duduk di taman pada ny. Yeollita.

"wanita itu sedang menunggu kembalinya den Stefan. Sedangkan untuk pria lainnya dia sudah tidak kemari selama 2 atau 3 hari ini." ucap bik Asih.

Di saat yang sama Hito sudah berada di depan rumah Stefan. Bik Asih yang melihatnyapun memberitahukan pada majikannya jika pria lainnya sudah datang.

Hito dan Nasya berada di taman,  mereka duduk berhadapan.

"kamu tidak menerima cintaku, tidak apa-apa. Aku bisa mencintaimu sebelah tangan."

"Stefan adalah pemilik rumah ini, jika Kak Hito mabuk dan membuat masalah lagi.." belum selesai Nasya bicara Hito menyelanya.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang