Part 32

895 69 21
                                    

Stefan yang masih sibuk mengedarkan pandangan mencoba menghindari tatapan Nasya sehingga tak menyadari jika saat ini Nasya sudah berada di sampingnya. Stefan terkesiap saat tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Nasya karena saat ini Nasya telah berlutut di sampingnya dan membuat tubuh mereka sejajar.

"apa yang kamu lakukan?"  pekik Stefan terkaget melihat Nasya di sampingnya memandangnya intens.

"ada apa dengan pertanyaanmu? Malam ini kamu mau makan apa?"

"aku sedang marah denganmu." pernyataan bodoh keluar dari mulut Stefan dengan acak. Bahkan sekarang mulut dan otaknya tak bisa di singkronkan? Batinnya.

Nasya masih diam mematung mendengar perkataan Stefan. Ada apa dengan laki-laki di depannya ini pikirnya. Apa pulang dari rumah sakit membuat kewarasannya sedikit terganggu?

"kenapa kamu tidak menemuiku di rumah sakit?" Nasya tersenyum mendengarnya, Stefan seorang laki-laki dewasa yang berprofesi sebagai dokter, marah padanya hanya karana masalah sepele.

"apa ada yang lucu? Bahkan mama masih sempat datang tadi pagi dan berpamitan sebelum akhirnya pergi."

"tidak! Aku minta maaf?" jawab Nasya masih mencoba menahan tawanya.

"aku pikir kamu pergi?" ucap Stefan lirih.

"pergi kemana? kamu menulis merindukan rumah, di seluruh penjuru rumah. Kata rumah memiliki arti khusus untukmu kan?"

Tidak menjawab pertanyaan Nasya Stefan justru mengingat ucapannya pada Nasya beberapa hari yang lalu saat mereka di rumah Raya dan Cemal.

*Flashback On*

"gaun mahal yang entah darimana tidak akan sama dengan pakaian biasa yang kamu gunakan di rumah. Memasak di dapur, merawat bunga di taman, atau merajut dan menyulam di balkon. Setiap sore saat aku pulang dari rumah sakit kemudian aku melihatmu. Aku merasa seolah-olah sedang dirumah. Rumah yang sesungguhnya." mata Nasya berkaca-kaca mendengar penuturan Stefan.

*Flashback Off*

Stefan tersenyum mengingatnya, kemudian sedetik kemudian ia kembali memasang wajah dinginnya.

"aku tidak tahu. Pergi dengan si mulut besar itu misalnya?"

"kamu tahu kak Hito pergi?"

"kak Hito mu itu sempat datang ke rumah sakit dan memberitahuku dia akan pulang." jawab Stefan dingin. Entah kenapa hatinya panas setiap nama Hito keluar dari mulut Nasya. Tapi bukannya ia yang memulai lebih dulu memancingnya.

"ada angin apa,  dia membiarkanmu tinggal?" tambah Stefan.

"kak Hito pulang karena mengurus perusahaan papanya, tentu saja dia membiarkanku tinggal. Untuk apa dia membawaku pergi?"

"yah, mungkin saja akalnya masih kosong,  sehingga dia akan pergi membawa kabur istri orang lagi." jawab Stefan acuh.

"Stefan.." panggil Nasya pelan.

"kak Hito nggak seburuk itu. Saat itu aku pergi bukan karena mengikuti kak Hito. Meskipun tidak ada kak Hito aku tetap akan pergi. Kamu tahu alasannya." tambah Nasya.

"aku masih marah denganmu!!!"

---
Nasya mendorong kursi roda Stefan menggantikan mang Aji saat berada di depan pintu kamar Stefan. Nasya mendorong kursi roda Stefan memasuki kamar, setelah menyuruh mang  Aji kembali ke perkerjaannya.

"biarkan aku membantumu." ucap Nasya membantu Stefan berdiri dan mendudukannya di tempat tidur. Mengangkat kedua kaki Stefan ke tempat tidur dan menyuruh laki-laki itu berbaring.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang