Pagi ini hari sedang cerah tapi hati Nasya tak seirama. Ia merasakan mendung di hatinya. Sejak bangun ada kegundahan di hatinya. Saat ini Nasya telah selesai berias namun ia masih duduk di meja riasnya. Ia memandangi bayangan dirinya sendiri di cermin, entah apa sesuatu yang ia pikirkan.
Sampai lamunannya buyar ketika pintu yang menghubungkan antara kamarnya dan kamar Stefan di ketuk. Stefan pastinya, tapi mau apa lagi dia. Batin Nasya. Ia sedang malas berdebat.
"ada apa,?" tanya Nasya.
"buka pintunya" terdengar Suara Stefan dari balik pintu.
"kenapa?" tanya Nasya lagi.
"apa kamu akan membuka pintunya atau tidak?" ancam Stefan.
"aku tidak memiliki apapun untuk dibacarakan denganmu."
Stefan mendorong pintunya hingga pintu itu terbuka.
"pintuku.. Aku meperbaikinya seharian.."
"siapkan barangmu, mang Aji menunggumu."
"kamu mengirimku kembali ke Jakarta?" tanya Nasya.
"cepatlah!!"
"kamu tidak melakukannya, aku akan melakukannya untukmu." ucap Stefan lagi saat melihat Nasya tak bereaksi.
Stefan membuka lemari Nasya dan mengambil koper dan pakaian-pakaian Nasya.
"tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Pergi dari sini!!" ucap Nasya sambil merebut pakaiannya dari tangan Stefan. Dan mengepakinya ke dalam koper.
"kamu gila!! Kamu berasumsi sendiri aku ingin kembali ke Jakarta. Kamu satu-satunya yang ingin aku pergi. Kamu satu-satunya yang menginginkan bersama dengan mantan kekasihmu. Baguslah, paling tidak aku bisa bersama keluargaku." ucap Nasya kesal sambil berlinang air mata.
Tanpa Nasya sadari Stefan yang berada di belakangnya sedang tersenyum tipis melihatnya.
"kamu hanya pergi dari rumah. Haruskah kamu benar-benar menangis?"
"aku tidak menangis. Aku akhirnya bisa kembali ke rumah. Untuk apa aku menangis?"
Melihat Nasya selesai berkemas, Stefan buru-buru mengambil kopernya dan pergi meninggalkan Nasya. Nasya melihat sekeliling kamarnya seakan berpamitan kemudian ia menghela nafas. Ia lalu berjalan mengikuti Stefan.
"mari bergegas, sebelum orang-orang bangun. Maka masalah akan timbul." ucap mang Aji setelah memasukan koper Nasya di bagasi. Nasya berbalik melihat ke arah rumah.
"kamu.. Masuklah ke dalam mobil." ucap Stefan lembut sambil membukakan pintu untuk nasya.
Di sepanjang perjalanan, mang Aji yang menyetir dan Stefan yang duduk di sampingnya terus menerus menyunggingkan senyuman. Nasya masih tidak menyadarinya dan tentu saja ia masih kesal dengan Stefan. Sampai akhirnya ia menyadari suatu keanehan.
"ini bukan jalan menuju kota!" ucap Nasya
"kamu mengasumsikan hal-hal itu sendiri seperti biasanya. Apa aku bilang kamu akan kembali ke Jakarta? Makin kamu menginginkan kembali, semakin aku tidak akan membiarkanmu pergi." ujar Stefan.
"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dan bersenang-senang dengan pria bermulut besar itu." lanjut Stefan.
"bicara seperti itu lagi. Aku tidak mudah sepertimu dan Ratu." ucap Nasya kesal.
"baiklah, baiklah.. Ada bagusnya kita pergi keluar seperti ini. Jadi kalian berdua bisa menikmati waktu pribadi bersama." sela mang Aji agar kedua atasannya ini tidak adu argumen lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
Lãng mạnUntuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ayah angkatnya, Nasya menerima untuk menyamarkan dirinya sebagai putri kandung dari keluarga Wijaya dan menikahi Stefan, untuk menepati janji yang dibuat oleh ayah mereka di masa lalu. Stefan adalah pria b...