Part 37

872 61 15
                                    

Sorry tadi nggak sengaja ke publish yang tadi pagi udah baca, sekarang baca lagi yaa, yang tadi belom editing soalnya. Harusnya hari ini belum up jadi  terpaksa harus up. Semoga suka. Happy reading

***

Stefan latihan berjalan dengan bantuan kruk. Ia berjalan beberapa langkah ke depan dan beberapa langkah ke arah sebaliknya. Stefan melakukannya beberapa kali. Kegiatannya berhenti saat Nasya dan mang Aji menghampirinya.

"kemana kamu menghilang?  Aku memanggilmu, apa kamu nggak mendengarnya?" tanya Stefan dengan mengulum senyum.

Nasya tak menjawabnya, ia mengangkat lengannya, menunjukan liontin di genggamannya di hadapan Stefan.

"aku menemukannya."

"dimana kamu menemukannya?" tanya Stefan sumringah.

"dan kemeja-kemeja ini juga. Aku menemukannya di kamar Ratu." ucap Nasya merebut kemeja-kemeja itu dari tangan mang Aji di belakangnya dan memperlihatkannya di hadapan Stefan. Mendengarnya sontak membuat Senyum di wajah Stefan sirna dan menimbulkan raut kebingungan di wajahnya.

"kamu mungkin melupakannya saat kamu tidur di sana."

"aku nggak pernah tidur di sana."

"bagaimana aku tahu jika kamu bicara kebenaran? Kita nggak selalu bersama." tanya Nasya.

"aku nggak tahu. Nggak ada cara untuk mengetahuinya." jawab Stefan.

"Kamu harus memahaminya. Ambil hatimu dan letakan padaku untuk memahami siapa aku. Saat kamu memahami, kamu mempercayainya. Ambil hatimu dan letakan hatimu di tanganku. Percaya padaku aku tidak akan menghancurkan hatimu." ujar Stefan lembut. Sedangkan Nasya tak menjawab apapun, matanya berkaca-kaca.

---
Percepat,
Bryan telah kembali ke rumahnya. Setelah mengetahui faktanya tidak ada lagi alasan baginya untuk tetap di Surabaya. Bryan segera memasuki rumahnya dan mencari maminya yang ternyata berada di dalam kamar kakeknya.

"Bryan? Kamu sudah pulang." tanya ny. Rosa terkejut melihat kepulangan anaknya.

"mami, Bryan menemukannya mi."

"kamu menemukannya?"

"ini."

"ini benar-benar foto om kamu. Dan perempuan ini.. Ayo berikan ini pada kakekmu untuk melihatnya."

Bryan dan ny. Rosa memperlihatkan secarik foto itu dihadapan pak Pradipta. Bryan pun menanyakan kebenarannya pada pak Pradipta, karena kesulitannya berbicara, pak Pradipta menjawabnya dengan anggukan dengan mata yang berlinang air mata. Ny. Rosa sangat bahagia karena anaknya berhasil menemukannya. Bahkan pak Pradipta pun ikut tersenyum setelah sekian lama ia tidak tersenyum.

Tapi senyuman itu hilang dari wajah pak Pradipta dan digantikan tangisan penuh penyesalan ketika Bryan memberitahu bahwa wanita itu sudah meninggal karena penyakit yang di deritanya.

"kakek menanyakan anaknya kan?" tanya Bryan seakan memahami isi kepala kakeknya yang terus menatapnya intens.

"dia punya anak perempuan kek. Tapi dia sudah menyerahkan anaknya pada seorang keluarga konglomerat di Jakarta."

"dia memberikannya pada keluarga di Jakarta nak?  Kepada siapa Bry?" tanya mami Bryan.

"tidak ada yang tahu mi. Tante Melda sudah sakit dan meninggal sebelum memberitahu pada orang lain."

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang