Part 45

1.2K 79 24
                                    

Stefan-Nasya is Back.. Back.. Back.. Back..
Wuah author sudah rindu.. Maafkan yaa readers.. 😘😘

Kediaman Pradipta,
Di tempat tidur besar, ny. Rosa dan Bryan membantu kakek Pradipta bersandar di kepala tempat tidur.

"kakek.. Kakek harus janji sama Bry. Kalau Bry ngasih kabar bagus ke kakek, kakek nggak boleh terkejut." ujar Bryan, semalam ia memang pulang ke rumah tapi ia belum memberitahu kakeknya, ia hanya memberitahu maminya.

"Bryan melakukannya pa. Bryan membawakan seseorang yang selama ini papa tunggu untuk melihat papa."

Mata kakek Pradipta mengikuti arah yang ditunjuk anak dan cucu laki-lakinya. Ia melihat sosok cantik dan lembut melewati pintu dan berjalan ke arahnya. Sosok ini entah mengapa meskipun adalah seorang gadis kecil tapi ia mengingatkannya pada anak laki-lakinya yang meninggal karena keegoisannya.

"mendekatlah." pinta ny. Rosa meraih tangan Nasya san memintanya mendekati kakek.

Nasya duduk di sisi tempat tidur, dan mencium tangan kakeknya. Melihat lebih dekat kakek Pradipta tak bisa untuk tidak meneteskan air mata meskipun belum ada yang memberitahunya, ia bisa tahu jika gadis ini adalah cucunya karena ia benar-benar salinan ayahnya, bahkan mereka memiliki lesung pipit yang sama.

Lamat-lamat, kakek Pradipta mengangkat tangannya dan mendekatkannya ke arah Nasya.

"Bry, lihat.. Kakekmu bisa mengangkat tangannya." ucap ny. Rosa terkejut bahagia, setelah sekian lama ia baru melihat ayahnya mengangkat tangan.

"ini Nasya kek, cucu perempuan kakek." ujar Bryan.

Nasya meraih tangan kakeknya yang mendekat ke arahnya. Ia tak menyangka bisa bertemu kakeknya. Melihat mata kakeknya penuh air mata, Nasya bisa melihat kebahagiaan dan penyesalan bercampur jadi satu. Nasya meneteskan air mata bahagia karena bisa bertemu dengan kakeknya. Keluarga kandungnya yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Selang beberapa waktu, Nasya, Bryan dan ny. Rosa keluar dari kamar kakek Pradipta untuk membiarkannya beristirahat.

"selamat datang ke keluarga Pradipta, Nasya." ujar ny. Rosa.

"terimakasih. Tante... maaf sebelumnya, apa saya benar-benar cucu perempuan yang kalian cari?" lanjut Nasya, sejujurnya ini tak berasa nyata bagi Nasya.

"Bryan sudah menceritakan semuanya, tante percaya kamu memang keponakan tante. Kalian memang sangat mirip. Bahkan meskipun kakek melihat kamu untuk pertama kali, dia bisa mengenali kamu. Jangan dipikirkan lagi, kamu memang cucu Pradipta."

"rumah ini sangat besar." komentar Nasya setelah memperhatikan sekelilingnya. Meskipun rumah Wijaya sudah besar, rumah Pradipta bahkan lebih besar, mungkin 3 kali lipat nya. Begitu besar dengan banyak pelayan. Sepertinya ia akan kewalahan tinggal disini.

"kamu juga salah satu pewarisnya. Bukan hanya rumah ini tapi semua aset Pradipta kamu punya hak."

"saya nggak membutuhkannya tante, saya sudah bahagia dengan apa yang saya punya dari keluarga Wijaya dan sekarang saya juga sudah menikah."

"kamu sudah kesulitan untuk waktu yang lama, ibumu meninggal karena kita terlalu terlambat. Mulai sekarang, Bryan dan tante akan menebus semuanya. Semua ini, kamu juga berhak mendapatkanya."

"terimakasih tante."
Tak ada kata lain yang bisa Nasya ucapkan selain terimakasih meskipun sebenarnya ia agak enggan menerima hak yang katanya adalah miliknya padahal tak pernah ia inginkan bahkan ia bayangkan sebelumnya.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang