Part 7

973 61 3
                                    

Mang Aji membawa Nasya ke meja makan untuk sarapan di mana Stefan sudah makan duluan dan tidak melirik Nasya sedikitpun saat dia masuk.

Mang Aji memberitahu Stefan bahwa Mama Stefan menyuruh Nasya untuk makan di sini, soalnya Ny. Yeolitta pergi ke kantor wilayah untuk mengurus pernikahan aren sama non. Ia juga berkata bahwa dirinya disuruh ny. Yeolitta memberi mereka berdua kesempatan untuk ngobrol. Tapi Stefan tetap saja acuh.

Mang Aji sampai bingung dan canggung sendiri dengan situasi ini. Terlebih Stefan dan Nasya tetap saling diam dan hanya fokus dengan sarapan masing-masing.

"Den,  tadi Nyonya nitip ini suruh ngasih ke aden, nyonya tanya baju pengantin apa yang ingin den Stefan sama non Nasya pakai? Karena itulah saya disuruh minta aden sama non untuk membicarakannya." tanya mang Aji sambil memberikan sebuah katalog baju pernikahan.

Stefan tetap cuek dan santai saja sambil memeriksa ponsel pintarnya.

"Aku akan mengikuti keputusan mama saja."

Nasya jelas tambah kesal melihat sikap Stefan.

"Baiklah. Kalau begitu, pertanyaan kedua. Berapa lama den Stefan akan cuti untuk pernikahan? Silahkan dibicarakan berdua." tanya Ujang lagi

"aku tidak akan ambil cuti." jawab Stefan dengan tegas.

"Kalau begitu, pertanyaan ketiga. Apa lagi yang non butuhkan?" Tanya Mang Aji pada Nasya.

"Tidak ada." Justru Stefan yang menjawabnya.

"mamang teh tidak tanya sama aden. Tapi sama non Nasya." jawab mang Aji dengan logatnya.

Nasya berkata "Saya mau beli beberapa kebutuhan pribadi mang.  Apa Mang Ujang bisa ngasih tau arahan ke toko atau supermarket? Saya akan pergi sendiri." tanya Nasya

"Oh, tidak bisa non, saya tidak bisa membiarkan non Nasya pergi sendiri. Soalnya nyonya ngasih perintah buat den Stefan yang nganter Non kemanapun kalo non membutuhkan sesuatu." jawab mang Ujang.

Mendengar perkataan mang Ujang, Stefan  lantas berdiri dengan kesal dan menatap tajam Nasya sebelum akhirnya pergi.

"Non,  kejar non." pinta mang Aji kepada Nasya untuk mengejar Stefan.

"apa harus mang?" Tanya Nasya ragu,  karena ia tau Stefan sepertinya sedang marah. Dan ia tau kalau Stefan memang membencinya.

"harus non,  ayo.. "

Menuruti mang Aji untuk mengikuti Stefan keluar, Nasya mendapati Stefan sudah duduk di belakang kemudi dengan wajah kesal.

Nasya agak ragu mendekatinya, tapi mang Aji meyakinkannya untuk masuk ke dalam mobil. Bagaimanapun, mereka akan hidup bersama nanti. Jadi mereka harus bicara pada satu sama lain. Nasya akhirnya menurutinya. Tapi saat dia hendak membuka pintu, Stefan malah langsung tancap gas dan pergi secepat mungkin meninggalkan Nasya.

Nasya kesal dibuatnya. "Aku meninggalkan rumah hanya untuk bertemu hal seperti ini?! Aku bertemu orang jahat di dalam rumah!" gerutu Nasya.

Nasya langsung masuk kamar dan mengepaki baju-bajunya dengan penuh amarah. Tapi kemudian perhatiannya teralih pada ponselnya,  dia ingat akan pesan papanya agar Nasya membuat rumah terasa seperti rumah agar Stefan merasa aman dan dirinya juga akan aman. Nasya jadi bimbang harus bagaimana. 

Di saat yang sama mang Aji bertemu bik Asih dan mengajak bik Asih masuk ke dalam rumah mengecek calon istri majikannya itu.  Saat di depan kamar Nasya, mang Aji dan bik Asih cemas melihat Nasya mengepak kopernya. Nasya mau pergi ke mana? Batin kedua pembantu itu.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang