Part 50

454 46 12
                                    

Ratu makin sinis memanas-manasi suasana. Kedua keluarga berteman dan terluka seperti ini. Yang pasti, karena Nasya dan Stefan adalah pasangan, itu artinya Nasya dalam masalah sekarang.

"Pikiran loe nggak bener Fan. Gimana bisa mata orang lain jauh lebih penting daripada perasaan gue dan istri lo, Nasya? Nasya nggak pernah memiliki seorang ibu ataupun ayah. Dia bahkan nggak pernah memiliki sebuah nama keluarga. Tapi sekarang dia punya. Seharusnya lo bahagia untuknya. Itulah yang seharusnya lo lakuin. " Kesal Bryan.

"Gue bahagia kok. Sangat bahagia sampai gue nggak ingin jadi bebannya." Sinis Stefan.

"Stefan!" sela Nasya.

"Kamu boleh tinggal di sini. Tinggallah dan rawat kakekmu dan temani keluargamu. Tinggallah dan urus kekayaanmu. Aku masih ada pekerjaan yang harus kulakukan. Begitu aku selesai dengan pekerjaanku, baru kita akan bicara."

Stefan langsung melangkah pergi dari sana. Nasya tidak terima ditinggal begitu saja. Dia kan tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi di antara keluarga Pradipta dan keluarga William.

Tapi Stefan tetap dingin padanya. Sekarang Nasya sudah punya keluarga yang bisa menjaganya, dia juga punya aset kekayaan yang bisa dia gunakan sepanjang hidupnya. 

"Seorang dokter miskin sepertiku tidak cocok denganmu lagi."

"Kenapa kamu bicara begitu...."

Ratu dengan pedenya mendekat lagi ke sisi Stefan. Mang Aji yang sedari tadi diam di pojokan sampai gregetan melihatnya, ingin sekali rasanya dia melempar vas bunga ke mulut 'seseorang'. "Apa mamang bakalan dipenjara?" mang Aji pun hanya bisa menahan kekesalannya.

Stefan menegaskan kalau dia tidak pernah bermimpi untuk kembali ke rumah ini. Seorang dokter miskin yang harus bekerja seumur hidup sepertinya, tidak akan pernah bisa membeli kembali rumah ini. Nasya sangat beruntung.

Nasya berusaha meyakinkan Stefan jika dia melakukan ini bukan karena memandang kekayaannya, dia melakukannya demi Stefann dan mama Yeolitta. Berbeda dengan Stefan yang keras kepala, ny. Yeollita benar-benar tersentuh mendengar ucapan Nasya dan berterima kasih padanya.

Ersya pun berusaha meyakinkan Stefan bahwa Bryan hanya berniat mengembalikan rumah ini kembali ke Stefan karena Bryan berpikir kalau Stefan adalah temannya.

"Aku minta maaf karena tidak tahu. Apa kita sungguh marahan hanya karena masalah ini?" tanya Nasya.

"Nas, jangan minta maaf. Semua ini salahku sendiri." Kesal Bryan. "Hari ini gue baru tahu kalo persahabatan kita ternyata nggak berarti. Sama sekali nggak berarti, kan?"

Tak punya jawaban, Stefan lagi-lagi menggunakan pekerjaan sebagai alasan lalu pergi. Ratu senang sekali melihat reaksi Stefan itu.

"Dia pergi tanpa perasaan sedikitpun, tanpa jawaban akan apa yang harus dia lakukan dengan istrinya ini. Dia tidak bisa berpisah dan tidak bisa tinggal bersamamu. Aduh, cinta!" Sinis Ratu lalu pergi sambil tertawa puas. Sedangkan Nasya langsung menangis dalam pelukan Ersya.

Nasya menangis dalam pelukan ny. Yeollita setelah semua orang pergi. Dia sungguh tidak mengerti kenapa malah jadi begini. Dia baru menyadari bahwa walaupun mereka berdua saling mencintai, tapi cinta saja tidak cukup untuk membuat mereka saling mengenal satu sama lain.

"Berilah dia waktu, yah?" Pinta ny. Yeollita sambil mengelus puncak kepala menantunya.

Nasya setulus hati meminta maaf pada ny. Yeollita. Tapi ny. Yeollita sungguh tidak marah pada Nasya. Ny. Yeollita sudah tua dan mengalami banyak hal, tidak ada alasan bagi ia untuk marah. "mama tahu kok kalau Nasya dan Bryan tidak mengharapkan hal ini terjadi."

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang