Part 39

1K 73 43
                                    

Siapkan Hati ❤
Happy reading..

***

Stefan dan Nasya telah sampai di rumah setelah acara dinner romantis mereka. Di tengah langkah mereka, Stefan mendadak berhenti tepat di depan pintu sehingga membuat Nasya mau tak mau ikut menghentikan langkahnya. Nasya memandang Stefan dengan wajah penuh pertanyaan. Stefan tak langsung menjawabnya, ia lantas menyatukan jemari nya di antara sela jemari Nasya.

"sebuah rumah akan benar-benar menjadi rumah sekarang." Stefan mencium kening Nasya lembut setelah mengatakannya.

Nasya tak mampu berkata-kata kali ini, ia yakin senyum tulus yang ia berikan pada Stefan sudah mampu membuat Stefan mengerti jika ia juga merasakan hal yang sama.

---
Percepat
Nasya memasuki kamar Stefan mengantar segelas air dan ia letakan di atas Nakas. Melihat Stefan yang tak ada di ruangan, Nasya berpikir mungkin Stefan masih di kamar mandi jadi ia memutuskan menunggu Stefan dan duduk di depan meja rias.

Saat menyisir rambut panjangnya.  Nasya tiba-tiba teringat akan perkataan dr. Ari yang sudah lama tak terpikirkan olehnya bahkan mungkin memang sengaja ia lupakan. Tak dapat ditepis hal ini mungkin karena sikap dan perkataan-perkataan Stefan baru-baru ini yang membuat Nasya mempercayai hati Stefan yang benar-benar tulus padanya dan bukan hanya sekedar kewajiban yang terpaksa ia emban.

*Flashback On*

"benar, alam telah membuat wanita dan pria berbeda. Tapi ketika mereka dalam satu ikatan, mereka akan menjadi sempurna. Jika terpisah, mereka akan menjadi ketidaksempurnaan yang membutuhkan sesuatu untuk mengisinya."

"artinya sangat indah."

"sedangkan tugas istri adalah.. Harus memberikan..." jawab Dr. Ari menggantung,  ia tidak enak membicarakannya karena melihat Nasya yang tidak nyaman.

"itu yang paling penting, hubungan suami istri." imbrung kepala desa dan di iyakan oleh istrinya yang duduk di sebelahnya.

*Flashback Off*

"ah.. Menakutkan.. " Nasya bergidik ngeri setelah kembali pada kesadarannya.

Nasya lalu berdiri dan menuju pintu penghubung kamarnya. Ia menarik kenop pintu tapi anehnya pintu itu sama sekali tak bergerak. Seingatnya pintu ini tak di kunci. Setelah beberapa kali mencoba menarik kenop pintu dan tetap tak bisa dibuka,  Nasya akhirnya menyerah dan keluar lebih memilih lewat pintu utama sebelum akhirnya menuju kamarnya.

"mau kemana?" Nasya berjingkat kaget mendengar suara Stefan saat ia akan meraih kenop pintu.

Nasya berbalik dan melihat Stefan dengan senyuman yang tak bisa ia artikan.

"emmm.. " Nasya tak bisa menjawabnya, ia  ketahuan dan tak bisa berkutik.

"bukankah kamu sudah janji kita akan tidur di sini sampai aku sembuh? Untung aku udah mengunci pintu itu untuk berjaga-jaga." Stefan menunjuk dengan dagunya pada pintu penghubung.

"oke." jawab Nasya lesu. Tanpa Nasya sadari, Stefan sedang tersenyum licik di belakangnya.

"hari ini aku berjalan terlalu lama, aku nggak tahu apakah ini bengkak." ucap Stefan sambil menunduk ke bawah menunjuk kakinya.

"ha?  ayo duduk dulu." jawab Nasya panik, dan membantu Stefan duduk di tepi tempat tidur.

"apa terasa sakit? Biar aku lihat dulu." Nasya berjongkok di depan Stefan dan memeriksa kakinya.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang